Filsafat Mahabharata. Instant Pay For You
Kita semua tahu bahwa jika diberikan pilihan, maka semuanya akan memilih pergi ke surga. Dan sebagian besar orang mempunyai sejenis pemahaman akan surga yang membuat mereka yakin bahwa surga adalah suatu tempat yang luar biasa. Bahkan jika kehidupan kita di bumi jauh dari ideal, jika kita sekali sudah mencapai surga, maka segala sesuatunya akan menjadi baik-baik saja. Namun setiap seseorang memberitahu saya tentang uraian surga, saya mendapatkan uraian/pendapat yang berbeda-beda.
Kita semua tahu bahwa jika diberikan pilihan, maka semuanya akan memilih pergi ke surga. Dan sebagian besar orang mempunyai sejenis pemahaman akan surga yang membuat mereka yakin bahwa surga adalah suatu tempat yang luar biasa. Bahkan jika kehidupan kita di bumi jauh dari ideal, jika kita sekali sudah mencapai surga, maka segala sesuatunya akan menjadi baik-baik saja. Namun setiap seseorang memberitahu saya tentang uraian surga, saya mendapatkan uraian/pendapat yang berbeda-beda.
Di dalam kitab-kitab Veda, kita mendapatkan informasi yang eksplisit tentang apakah surga itu, misalnya kita dapat melihat beberapa tempat di bumi yang sebenarnya bagaikan surga. jika kamu mengunjungi sebuah pulau tropis dimana ada pantai-pantai panjang berpasir putih yang cukup mendapat cahaya matahari yang dilengkapi dengan hembusan angin sejuk yang melewati pohon-pohonnya, membawa aroma bunga-bunga eksotis dan suara-suara ombak air sebening kristal menghempas tepi pantai dan jangan lupa pula, ada gadis-gadis yang berbadan indah memakai busana penuh warna, siap melayani segala kebutuhan kita. Tidakkah kamu merasa seperti di surga? Tak diragukan banyak orang akan suka pengalaman semacam itu, karena setiap orang tertarik di dalam kenikmatan material. Namun Masalahnya adalah tempat-tempat seperti itu sulit dicapai atau makan banyak biaya untuk tinggal lama disana atau kita harus segera balik setelah kunjungan singkat. Kunjungan semacam itu tidak pernah cukup, dan kita akan selalu ingin kembali ke tempat-tempat serupa, lagi dan lagi.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tempat-tempat surgawi itu merupakan tempat dimana para makhluk hidup menghabiskan/menggunakan kegiatan-kegiatan salehnya yang lalu. Tempat-tempat surgawi ditemukan di tiga tempat yaitu di atas bumi, surga planet-planet bawah, dan planet-planet surga atas. Hanya orang-orang yg paling sangat saleh dapat memasuki surga atas. Orang-orang hanya dapat mengalami atmosfer surga yang lebih rendah yang dapat ditemukan di bumi atau planet-planet bawah.
Dijelaskan di dalam Srimad Bhagavatam (5.17.12) bahwa di surga atas termasuk dibumi sebelum munculnya jaman kali (Kali Yuga) ribuan tahun yang lalu para penduduk hidup selama sepuluh ribu tahun dan semuanya mirip dewa. “mereka mempunyai kekuatan badan sepuluh ribu gajah dan badan sekuat halilintar. Masa muda dalam kehidupan mereka sangat menyenangkan, baik pria dan wanita menikmati persatuan seks dengan sangat menyenangkan dengan jangka waktu yang lama. Setelah sekian lama mengalami kenikmatan sensual dan ketika sekitar setahun masa kehidupan masih tersisa-sang isteri mendapatkan seorang anak. Demikianlah standar kesenangan para penduduk surga ini sama persis dengan manusia yang hidup pada jaman Treta-Yuga (ketika tidak ada gangguan).
Bahkan planet bumi ini merupakan surga pada zaman Satya-Yuga dan Treta-Yuga. Setiap orang sangat saleh dan mempraktekkan yoga. Mereka tidak begitu mempedulikan kenikmatan inderawi, meskipun tersedia dengan mudah. Demikianlah, planet bumi menyediakan para penduduknya dengan segala yang mereka butuhkan dengan atmosfer yang paling menyenangkan. Baru kemudian, setelah datang jaman Dvapara-Yuga dan khususnya zaman sekarang ini, Kali-Yuga,
“Ada banyak taman penuh bunga dan buah sesuai dengan musim, dan ada pertapaan2 yang dihias dengan baik. Antara gunung-gunung besar yang membatasi batasan wilayah-wilayah ada danau-danau yang sangat besar berisi air yang jernih, penuh dengan bunga-bunga padma yang baru tumbuh. Burung air seperti angsa, bebek, ayam air, dan angsa merasa sangat senang karena keharuman bunga-bunga padma, dan suara-suara kumbang yang mempesona memenuhi udara. Para penduduk negeri ini merupakan pemimpin-pemimpin penting di antara para dewa. Selalu disertai oleh para pelayan mereka yang terhormat, mereka menikmati hidup di taman-taman disisi-sisi danau. Dalam keadaan yang menyenangkan, isteri-isteri para dewa tersenyum dan bermain-main kepada suami-suami mereka dan melihat mereka dengan tatapan nafsu.seluruh dewa dan isteri-isterinya di sediakan bubuh cendana dan kalungan bunga secara teratur oleh pelayan-pelayan mereka. Dengan cara begini, para penduduk varsha kedelapan menikmati, tertarik dengan kegiatan lawan jenis.
Dari uraian ini, kita dapat melihat bahwa kesenangan surgawi yang dialami oleh para penduduk planet-planet atas sering berdasarkan seks dan semua itu hanya kenikmatan inderawi yang berbentuk lebih halus saja. Hal ini tidak banyak berbeda dari apa yang dialami oleh manusia di bumi. Satu perbedaannya adalah para penduduk planet-planet itu menikmati seperti itu tanpa ada gangguan selama bertahun-tahun jika mereka menginginkan; sedangkan, para penduduk bumi saat ini hanya dapat menikmati seperti itu hanya dalam waktu singkat.
Uraian lain tentang beberapa bagian surga di planet-planet atas adalah tentang gunung Trikuta, yang tingginya 80.000 mil dan dikelilingi oleh sebuah lautan susu. Seperti halnya bumi dikelilingi oleh air asin, planet-planet atas juga memiliki lautan, namun terdiri dari air-air yang lebih menyenangkan.
“tiga bahan dasar yang utama yang ada di puncak gunung Trikuta terbuat dari besi, perak dan emas, dan memeperindah segala arah dan angkasa. Gunung ini juga memiliki puncak yang lain, yang penuh dengan permata dan berbagai mineral dan dihiasi dengan pohon-pohon, tanaman menjalar dan semak-semak yang indah. Suara-suara air terjun di atas gunung menciptakan vibrasi yang menyenangkan. Begitulah adanya gunung itu, semakin meningkatkan keindahan di segala penjuru. Tanah lapang di kaki gunung selalu dibersihkan oleh gelombang ombak susu membentuk zamrud di sekeliling gunung di delapan penjuru mata angin. Para penduduk planet-planet atas seperti para Siddha, Carana, Ghandarva, Vidyadhara, para Naga, Kinnara dan Apsara- biasanya pergi ke gunung untuk melakukan olah phisik. Demikilah juga dengan semua gua-gua di gunung penuh dengan penduduk-penduduk surgawi ini.” (Bhagavata Purana 8.2.7-8)
“lembah-lembah di bawah gunung Trikuta terhias indah dengan banyak beraneka hewan hutan, dan di dalam pohon-pohon, yang terawat di taman-taman oleh para deva, ada beareka jenis burung bersiul/mengerik? dengan suara-suaranya yang merdu. Gunung Trikuta punya banyak danau dan sungai, dengan pantai-pantai yang ditutupi dengan permata/mutiara-mutiara kecil menyerupai butiran-butiran pasir. Airnya sejernih kristal, dan ketika bidadari dan para deva mandi di dalamnya, badan-badan mereka memberikan keharuman kepada air dan angin sepoi yang bertiup disana, yang memperkaya suasana disana.” (Bhagavata Purana 8.2.7-8)
Di planet-planet surga, badan-badan para wanitanya tidak hanya indah, tetapi juga memberikan keharuman kepada danau-danau dan juga angin sepoi yang bertiup. Di planet bumi ini, setiap orang dapat mengalami bahkan jika badan kita tidak dimandikan setiap hari, maka akan mulai berbau tidak sedap. Untuk menutupinya, orang sering menggunakan wewangian buatan untuk badan mereka agar berbau harum, untuk menutupi kenyataan bahwa mereka tidak mandi dengan teratur. Tentu saja, hal ini, jauh dari standar surga ketika kita harus mentolerir bau tak sedap di badan orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, hal ini, adalah pembanding yang baik untuk memahami bagaimana planet-planet surga ribuan kali lebih mewah dibandingkan dengan planet bumi ini.
Dengan mempelajari pustaka Veda, kita dapat mempelajari tempat-tempat seperti surga ini. Namun mencoba untuk mencapai pengetahuna seperti itu lewat indera dan peralatan yang terbatas seperti teleskop, yang merupakan perpanjangan indera-indera kita yang cenderung salah, kita tak akan pernah mampu mengamati dengan wajar keadaan-keadaan dari planet-planet yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kita memperoleh pemahaman mengenai planet-planet yang lebih tinggi itu seperti uraian yang ditemukan di dalam buku-buku seperti Srimad-Bhagavatam, yang menguraikan kemewahan dewa Indra, Raja Surga, sebagai berikut :
“Hiranyakasipu, Yang memiliki segala kemewahan mulai bermukim di surga, dengan taman Nandananya yang terkenal, yang dinikmati oleh para dewa. Pada kenyataannya, dia tinggal di istana dewa Indra, Raja Surga, yang paling mewah. Istana itu di bangun secara langsung oleh arsitek para dewa Visvakarma dan dibuat sedemikian hingga indah solah-olah dewi keberuntangan alam semesta ini berstana disana. Jalan-jalam setapak di kediaman Raja Indra terbuat dari coral, lantainya terhias dengan zamrud yang tak ternilai, tembok-teboknya terbuat dari kristal, dan pilar-pilar terbuat dari batu yang bernama vaidurya. kanopi-kanopi terhias dengan indah, tempat-tempat duduk terhias dengan ruby, dan tempat tidur terbuat dari sutera, seputih busa, yang terhias mutiara. Gadis-gadis istana itu kebanyakan dari kita bahkan tidak dapat membayangkan sebuah rumah dengan tembok-tembok kristal, tangga dari koral, lantai yang dilapasi zamrud, kursi-kursi dilapisi dengan ruby, dan tempat-tempat tidur dilapaisi mutiara. Namun disini adalah sebuah uraian istana amat besar sejenis ini, dimana banyak orang tinggal. Ini adalah wilayah surga dimana hanya mereka yang kualifaid dapat memasukinya. Kita tak akan mampu pergi kesana dengan alat-alat roket atau kapsul ruang angkasa. Satu-satunya cara yang sebenarnya kita dapat memasuki atmosfer kahyangan atau surga adalah dengan kegiatan-kegiatan yang baik, karma baik, atau kesempurnaan spiritual. Bagaimanapun, bagi mereka yang benar-benar bijaksana, mencapai surga tidaklah begitu penting.
Kesempatannya ada di bumi ini
Seorang manusia bijaksana yang penuh pengetahuan, bagaimana dunia ini bekerja, tahu bahwa di planet-planet surga, dan dimanapun juga, ada kelahiran dan kematian. Para penduduk planet-planet atas hidup sangat lama dilihat dari perhitungan bumi, namun akhirnya disana juga kehidupan akan berakhir. Bagaimaan pun juga, masih di dalam dunia material ini, dimana segala sesuatunya secara bertahap merosot, rusak dan terbagi/hancur. Seperti halnya seseorang menabung uang, pergi berlibur ke hawai atau suatu tempat dan menghabiskan keseluruhan waktu untuk dapat menikmati, bersantai, dan hanya melakukan segala sesuatu yang ia suka, ketika uang habis dipakai maka ia harus kembali pulang kerumah dan kembali bekerja. Sama halnya seperti itu, setelah seseorang melaksanakan banyak perbuatan saleh dan mengumpulkan berlimpah karma baik, orang mungkin dapat memasuki wilayah surga untuk hidup dan menikmati Selama ribuan tahun. Namun ketika reaksi-reaksi saleh yang terkumpul telah habis digunakan, keberadaannya di surga berakhir dan dia mulai lagi sistem planet tengah bumi untuk memulai lagi. Hal ini dijelaskan didalam Munduka Upanishad (1.2.10): “dengan menganggap kurban dan kegiatan baik/kebajikan sebagai yang terbaik, orang-orang bodoh ini tidak mengetahui kebaikan yang lebih tinggi, dan setelah menikmati (pahala mereka) di surga yang lebih tinggi, yang didapat dari kegiatan baik, mereka masuk lagi ke bumi ini atau ke tempat yang lebih rendah.”
Oleh karena itu, Resi-resi yang penuh pengetahuan menganggap bahwa surga dan segala kemewahannya tidak lebih dari sekedar phantasmagoria, sebuah mimpi yang menakjubkan namun temporer. Itulah, dalam kenyataan adalah kehidupan diatas segala level eksistensi di dalam ciptaan material ini. Oleh karena itu Sri Krishna Menjelaskan di dalam Bhagavad Gita : “dari planet yang paling tinggi sampai planet yang paling rendah, semuanya adalah tempat-tempat kesengsaraan dimana berlangsung kelahiran dan kematian yang berulang. Namun dia yang telah mencapai Tempat Tinggal-Ku, wahai putera Kunti, tak akan pernah lahir lagi.” (Bhagavad Gita 8.16)
Mereka yang serius sibuk dalam jalan spiritual tidak punya perhatian apakah mereka memasuki surga atau neraka. Bagi mereka, surga dapat menjadi neraka tanpa Pemujan pada Tuhan dan neraka dapat menjadi surga hanya dengan bermeditasi pada atmosfer spiritual. Tidak begitu penting dimana kamu berada, namun bagaimana kamu menggunakan waktumu yang membuat beda, seperti dijelasakn dalam sloka berikut ini.
“Oh Tuhan, kami berdoa semoga Engkau membiarkan kami lahir di dalam segala kondisi kehidupan neraka, kalau hati kami dan pikiran kami selalu sibuk di dalam pelayann suci kepada Kaki-padma-Mu, kata-kata kami menjadi lebih indah (hanya dengan membicarakan segala kegiatan Mu) seperti halnya daun tulasi dipercantik ketika dipersembahakan kepada Kaki-Padma-Mu, dan sepanjang telinga kami selalu mendengar tentang sefat-sifat rohani-Mu.” (Bhagavata Purana 3.15.49)
Sekarang kita dapat mulai melihat planet tengah, yaitu bumi, adalah tempat dimana seseorang dapat pergi ke surga, atau ke neraka, atau ke dunia rohani yang sepenuhnya berada diluar ciptaan/dunia material ini. Di surga, atmosfernya sangat kondusif untuk kenikmatan indera dimana seseorang sulit sekali berkonsentrasi untuk membuat kemajuan dalam spiritual. Di planet-planet yang lebih rendah, hidup terlalu menderita dan sengsara, atau masyarakatnya terlalu materialistik untuk sibuk dalam kegiatan spiritual. Tetapi di planet pertengahan ini, umumnya hdiup tidak begitu surgawi atau nerakawi. Oleh karena itu, ia merupakan lingkungan yang cocok untuk seseorang melaksanakan jalan spiritual.
“Karena bentuk kehidupan manusia merupakan posisi yang mulia untuk keinsyafan spiritual, semua para dewa di surga berbicara seperti ini: Betapa hebatnya makhluk manusia ini karena lahir di Bharata-varsha (planet bumi). Mereka pasti telah melaksanakan kegiatan-kegiatan saleh berupa pertapaan di masa lalu, atau Pribadi Tuhan Yang Maha Esa Sendiri sudah puas dengan mereka. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka sibuk di dalam pengabdian suci dalam begitu banyak cara? Kita para dewa hanya dapat bericta-cita untuk mendapat kelahiran sebagai manusia di Bharata-varsha untuk melaksanakan pengabdian suci, namun umat manusia ini sudah melaksanakan disana.(Bhagavata Purana 5.19.21)
“Setelah melaksankan tugas yang amat sulit dalam kurban suci ritualistic Veda, melaksanakan pertapaan, melaksanakan sumpah dan berderma, kami telah mendapatkan kedudukan ini sebagai penduduk planet-planet surga. Namun apakah nilai dari prestasi ini? disini kami sangat sibuk dalam kepuasan indera material, dan oleh karena itu kami sangat sulit untuk mengingat Kaki-Padma Narayana. Tentu saja, karena pemuasan indera yang berlebhian, kami hampir selalu melupakan Kaki-PadmaNya.” (Bhagavata Purana 5.19.22)
“Hidup singkat di tanah Bharata-varsha adalah lebih baik dibanding hidup di Brahmaloka selama jutaan dan miliaran tahun karena jika seseorang diangkat ke Brahma Loka, dia juga mengulamgi kelahiran dan kematian. Meskipun hidup di Bharata varsha, sebuah planet yang lebih rendah, sangat singkat, namun orang yang hidup disana dapat meningkatkan dirinya ke dalam Kesadaran Krishna penuh dan mencapai kesempurnaan tertinggi, bahkan dalam hidup yang singkat ini, dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Kaki-Padma Tuhan. Demikianlah seseorang dapat mencapai Vaikunthaloka (planetplanet rohani), dimana tidak ada kecemasan dan tidak pula ada kelahiran kembali dalam badan material.” (Bhagavata Purana 5.19.23)
“Bharata varsa menawarkan lingkangan dan tempat yang tepat dimana melaksanakan Pengabdian suci (Bhakti-Yoga), yang dapat membebaskan orang dari segala akibat jnana (pengetahuan spekulasi) dan karma. Jika seseorang mendapatkan sebuah badan manusia di tanah Bharata varsha, dengan organ sensori yang jelas dengan mana dapat melaksanakan sankirtan yajna (mengucapkan atau menyanyikan dan keagungan nama suci Tuhan), tetapi walaupun ada kesempatan ini ia tidak menjalankan pengabdian suci, maka dia memang seperti hewan dan burung hutan yang bebas yang kurang pemeliharaan dan oleh karena itu sekali lagi tertangkap oleh pemburu.” (Bhagavata Purana 5.19.25)
Ayat-ayat dari Srimad-Bhagavatam ini secara langsung menekankan kesempatan jarang yang kita peroleh sekarang yang kita tahu diri kita sudah berada di planet bumi ini. Orang yang tidak menggunakan kesempatan seperti ini untuk sibuk dalam pencarian untuk kemajuan spiritual, maka pastilah hidup hanya untuk mati tanpa membuat kemajuan yang nyata kearah kekebabasan dari eksistensi material. Bahkan para dewa berdoa untuk lahir di Bharata varssha.
Surga dan Neraka Serta Struktur Dasar Alam Semesta
(Artikel berikut diambil dari buku “The Secrets Teachings of Veda” bab 7 diterjemahkan dan dipublikasikan atas izin tertulis dari Stephen Knapp. tulisan Sthepen Knap yang lain dapat liat di www. Sthepen-knapp.com)
Beberapa bab terakhir telah menjelaskan bagaimana seseorang bisa mencapai/mendapatkan masa depan yang baik atau buruk menurut berbagai jenis kegiatan yang ia lakukan. Disebutkan bahwa orang dapat mencapai surga atau neraka sebagai hasil dari segala kegiatan mereka. Hal ini terjadi berdasarkan kombinasi karma yang telah dikumpulkan oleh seseorang dan dari sifat-sifat tertentu alam materiil yang ia miliki. Namun, apakah yang sebenarnya surga dan neraka itu? Apakah surga merupakan sebuah tempat dimana kita dapat menikmati hidup secara abadi bersama dengan yang pernah kita kenal dan pernah kita cintai? Apakah Neraka merupakan sebuah tempat dimana kita menderita kutukan abadi atas berbagai kesalahan karena tidak hidup seperti layaknya yang diyakini beberapa orang? atau apakah kita diberikan kesempatan sekali di dalam kehidupan ini untuk mencapai surga atau terkutuk di neraka abadi? Atau semua ini hanyalah tingkatan pikiran?
Banyak orang memiliki banyak kesalah-pahaman tentang apa itu surga dan apa itu neraka. Kebanyakan orang setuju bahwa menjalani sebuah kehidupan yang kedengaran religius untuk mencapai surga, adalah tujuan tertinggi. Tetapi untuk meluruskannya, kita harus memiliki uraian tentang surga dan neraka secara mendetail, dan pengetahuan seperti ini dapat ditemukan di dalam literatur Veda.
Pertama-tama, kitab-kitab Veda setuju sistem planet bumi ini merupakan sistem planet pertengahan di alam semesta. Dari sini seseorang dapat naik ke planet-planet surgawi atau turun ke planet-planet neraka. Seluruhnya, alam semesta ini tersusun atas empat belas susunan sistem planet, dan seperti halnya kita telah lahir di planet bumi ini, kita dapat juga meningkatkan diri dengan kegiatan-kegiatan kita untuk lahir di setiap susunan planet baik yang diatas maupun yang dibawah. Untuk lebih memahami bagaimana semua hal ini terjadi, pertama kita harus mengerti diamanakah surga dan neraka berada di dalam alam semesta ini?.
STRUKTUR DASAR ALAM SEMESTA
Untuk memulai penjelasannya, kita mengumpamakan ciptaan kosmos (alam semesta) materiil sebagai sebuah awan di dalam sebuah sudut Angkasa rohani. Di dalam awan ini ada alam semesta yang jumlahnya tak terhitung/terhingga. Setiap alam semesta ditutupi oleh sebuah cangkang yang terbuat dari unsur-unsur materiil, yang menjadikan sisi dalamnya sepenuhnya gelap kecuali di daerah sinar matahari. Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Hal ini menandakan bahwa jika kita bertualang ke kulit luar yang gelap alam semesta, maka kita akan melewati sebuah cangkang yang terbuat dari unsur tanah yang mengelilingi alam semesta. Ketebalan cangkang ini sepuluh kali lebih tebal dibandingkan lebar alam semesta. Lapisan cangkang yang Pertama adalah lapisan tanah, kemudian ada lapisan air yang tebalnya sepuluh kali tebal lapisan tanah, kemudian ada lapisan-lapsaian (secara berurutan) api, udara, ether, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu. Tentu saja, wujud unsur-unsur di lapisan-lapisan ini lebih halus daripada berbagai wujudnya kita temukan di muka Bumi ini. Interior alam-semesta sangat kecil dibandingkan lapisan-lapisan berbagai unsur yang mengelilinginya. Oleh karena itu, tak pelak lagi, tak seorang pun akan pernah mampu keluar dari alam-semesta ini dengan segala alat mekanik atau dengan cara kesempurnaan material.
Berdasarkan literatur Veda, Matahari terletak di bagian pertengahan. Seperti diuraikan dalam Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam-semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka. Planet matahari membagi segala arah alam-semesta. Karena kehadiran mataharilah kita dapat mengerti apa itu angkasa, apa itu planet-planet yang lebih tinggi, dan apa itu dunia ini
Kitab-kitab Veda sering menguraikan berbagai jenis planet dengan sebutan Dvipa atau Varsha, yang berarti pulau dan pelindung bagi banyak makhluk hidup, di dalam samudra luas ruang angkasa ini. Setiap planet diatur berbeda satu dengan yang lain dengan masing-masing iklimnya, ciri khas (feature) nya, ketakjubannya dan dilengkapi dengan berbagai jenis benda-benda untuk memenuhi kebutuhan berbagai penghuninya yang spesifik pula. Diuraikan dalam Padma Purana bahwa ada 8.400.000 spesies (jenis) kehidupan dan masing-masing spesies memiliki tempat hidupnya masing-masing berupa lingkungan tertentu yang ada dalam berbagai planet. Beberapa spesies kehidupan ada di dalam air, beberapa di udara, beberapa di dalam dan beberapa diatas tanah, beberapa di dalam panas atau api. Oleh karena itu, bukan suatu yang mengherankan ada kehidupan di planet-planet yang lain, seperti yang diuraikan di dalam kitab-kitab Veda, baik kehidupan seperti itu dapat kita lihat maupun tidak, dengan indera-indera atau peralatan kita yang tumpul/tidak sempurna.
Planet Bumi yang berada di tengah sistem perplanetan, disebut Bharata-varsha atau Jambudvipa. Kitab Srimad Bhagavatam (5.20.3-42) menguraikan enam planet utama lainnya di atas Jambudvipa. Planet-planet itu adalah Plaksadvipa lalu Salmalidvipa. Diatasnya ada Kusadvipa, atau planet bulan. Diatas Kusadvipa ada Krauncadvipa yang memiliki lebar 12.800.000 mil. Diatasnya ada Pulau (baca : planet) Sakadvipa, merupakan planet bagi orang-orang saleh, yang mana para penduduknya melaksanakan pranayama dan Yoga-Spiritual, dan dalam Samadhi memuja Penguasa Tertingi dalam wujud Vayu.
Planet berikutnya adalah Puskaradvipa atau Brahma loka, yang memiliki diameter 51.200.000 mil dan dikelilingi oleh samudra yang berisi air yang sangat lezat. Di planet ini ada bunga padma raksasa dengan 100.000.000 mahkota/kelopak bunga dari emas murni, seterang nyala api. Bunga ini dianggap tempat duduknya dewa Brahma, makhluk hidup yang paling perkasa di alam semesta dan oleh karena itu kadang-kadang disapa dengan sebutan Bhagavan. Penduduk planet ini memuja Yang Kuasa yang diwakili oleh dewa Brahma. Di tengah pulau ini ada gunung besar yang bernama Manasottara, yang memiliki batas antara sisi dalam dan sisi luar pulau itu. Lebar dan tingginya 80.000 mil.
Di gunung itu, di keempat arahnya, merupakan markas-markas kediaman para dewa seperti dewa Indra. Di dalam kereta dewa-matahari, sang matahari menjelajahi puncak gunung itu di dalam sebuah orbit yang bernama Samvatsara, melingkari gunung Meru. Jalur matahari di sebelah utara disebut Uttarayana, dan jalurnya disebelah selatan disebut Daksinayana. Satu sisi (enam bulan, musim panas kita) mewakili satu siang bagi para dewa, dan sisi yang lain (enam bulan, musim dingin kita) mewakili malam mereka. Dengan cara begini, kita dapat mengerti bahwa satu tahun kita tak lain adalah sehari bagi para dewa. Oleh karena itu hidup mereka sangat panjang, hampir seperti kekal jika dibandingkan dengan hidup kita. Itulah kenapa beberapa agama mengatakan kehidupan di surga adalah kekal.
Tidak perlu dikatakan, ini merupakan uraian sebagian dari planet-planet atas dan letak mereka seperti yang diuraikan oleh para mistikus di dalam literature Veda. Tetapi, seperti dengan mudah kita mulai dapat lihat, hanya orang-orang yang saleh dan maju secara spiritual dapat memasuki planet-planet surga yang lebih tinggi ini. Oleh karena itu, mereka yang kurang beriman dan tidak ber-Tuhan hanya dapat memasuki planet-planet bawah.
Srimad Bhagavatam (5.24.1-6) menjelaskan bahwa dibawah planet-planet atas ini, namun masih diatas bumi, ada planet-planet yang lain, yaitu mulai dari planet Rahu yang berjarak 80.000 mil di bawah matahari. Planet ini bergerak bagaikan salah satu bintang namun ia merupakan sebuah planet gelap dan tak terlihat; namun, keberadaannya dapat dilihat kadang-kadang ketika ada sebuah gerhana. Dibawah rahu 80.000 mil lagi ada planet-planet yang bernama Siddhloka (dimana hidup para Siddha, atau makhluk-mahluk yang secara alamiah memiliki kesempurnaan mistis, seperti terbang dari satu planet ke planet yang lain tanpa memakai mesin), Caranaloka (dimana hidup para Carana atau para makhluk mirip minstrel). Gandharvaloka (dimana hidup para Gandharva atau makhluk malaikat), dan Vidyadharaloka (dimana hidup para Vidyadhara, makhluk-makhluk halus yang menguntungkan, yang amat cantik dan bijaksana). Di bawah planet-planet ini merupakan tempat kenikmatan untuk para Yaksha (makhluk mahluk halus misterius yang sering mengunjungi sawah-sawah dan hutan-hutan), para Rakshasha (makhluk raksasa yang mengembara tiap malam, dan juga membentuk kapal dan dapat mengambil wujud seperti anjing, burung hering, burung hantu, orang kerdil, dll).Para Pishaca (makhluk-makhluk iblis yang makan daging, dapat merasuki orang-orang dan berkumpul di kuburan atau tempat crematorium dengan hantu lainnya), dan makhluk lainnya seperti hantu dan yang lainnya.
Di bawah planet-planet yang gelap dan tak terlihat ini, sekitar ratusan mil ada dalam planet bumi.
Dibawah bumi ada tujuh planet lainnya, yang bernama Atala, Vitala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala dan Patala. Di tujuh system planet ini, yang juga terkenal dengan nama Surga bawah (bila-svarga), ada rumah-rumah, taman-taman dan tempat kenikmatan indera yang sangat indah, dan bahkan lebih mewah dibanding planet-planet diatas karena para raksasa memilki standar kenikmatan sensual yang sangat tinggi. Sebagian besar para penduduk planet-planet ini menikmati hidup tanpa gangguan. Demikianlah mereka dapat dimengerti sangat terikat kepada kebahagian ilusi.” (Bhagavata Purana 5.24.87-9)
Selanjutnya Srimad Bhagavatam menjelaskan bahwa planet dibawah Atala adalah planet Vitalka, dimana dewa Shiva tinggal dengan rekan-rekan pribadinya, para hantu dan makhluk sejenisnya. Planet dibawahnya adalah Sutala dimana Bali Maharaj tinggal bahkan sampai sekarang. Dibawah planet Sutala adalah planet Talatala, yang diperintah oleh raksasa Danava bernama Maya. Maya dikenal sebagai Acharya 9 guru dari semua Mayavi (penyihir), yang dapat mengundang kekuatan sihir. Planet dibawah Talatala bernama Mahatala. Planet ini adalah kediaman ular-kepala-banyak, keturunan Kadru, yang selalu suka marah.
Di bawah Mahatala ada planet bernama Rasatala, yang merupakan tempat putera-putera raksasa dan keturunan Diti dan Danu. Mereka sangat perkasa dan kejam dan semuanya merupakan musuh para dewa. Dibawah Rasatala ada sistem planet lain yang bernama Patala atau Nagaloka, dimana banyak ada ular-raksasa. Pemimpin mereka adalah Vasuki. Mereka semua sangat pemarah, dan mereka memiliki sangat banyak kepala. Kepala-kepala ini dihiasi dengan permata-permata berharga, dan cahaya yang memancar dari permata-permata ini menyinari semua system planet di bila-svarga.
Tepat 240.000 mil dibawah Planet Patala tinggal salah satu inkarnasi Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah Ekspansi Sri Vishnu yang bernama Sri Anantaatau Sri Sankarsana. Sri Sankarana merupakan lautan sifat-sifat rohani tak-terbatas, oleh karena itu Dia juga disebut Anantadeva. Dia tak berbeda dengan Pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Sendiri. Untuk kesejahteraan semua Makahluk hidup didalam dunia materiil, Dia bersedia tinggal disana, menahan kemarahan dan intoleran-Nya.
Pada waktu peleburan (kiamat), Ketika Sri Anantadeva ingin menghancurkan seluruh cipataan, Dia menjadi sedikit marah. Kemudian dari dua alis-Nya muncul Rudra bermata tiga, membawa trisula. Rudra ini merupakan ekspansi dari dewa Shiva, muncul dengan tujuan menghancurkan seluruh ciptaan.
Para dewa, para raksasa, para Uraga, Siddha, Gandharva, Vidyadhara dan banyak resi-resi maju menghaturkan doa-doa secara teratur kepada Sri Anantadeva. Sri Anantadeva memuaskan pelayan-pelayan-Nya, yaitu dewa-dewa utama, dengan getaran-getaran yang manis yang memancar dari Mulut-Nya. Dia mengenakan pakaian berwarna kebiruan dan mengenakan anting tunggal, membawa sebuah bajak di punggung-Nya dengan dua tanganNya yang berbentuk dengan baik dan indah. Kelihatan seputih Raja Surga, Indra. Dia juga mengenakan sebuah ikat pinggang keemasan, dan sebuah kalungan bunga vaijayanti yang terbuat dari tulasi yang selalu segar di leher-Nya. Dengan cara begini, Dia menikmati lila-Nya yang penuh berkat.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tidak ada akhir bagi keagungan dan kebesaran sifat sifat Sri Anantadeva Yang Perkasa. Tentu saja, Kekuatan Sri Anantadeva tak terbatas. Meskipun Dia mandiri (Self-Sufficient), Namun Dia sendiri merupakan penyangga segala sesuatu. Sri Anantadeva berada dibawah system planet paling bawah di atas lautan Garbhodaka dan dengan mudah menopang seluruh alam semesta.
Di atas kediaman Sri Anantadeva, di pertengahan ruang antara tiga-dunia dan lautan luas Garbhodaka-yang memenuhi bagian bawah alam semesta, merupakan tempat dimana planet-planet neraka berada. Planet-planet neraka ini berada di bagian selatan alam semesta, di bawah Bhu-mandala, dan sedikit diatas air lautan Garbhodaka. Pitriloka, planet para leluhur, juga terletak di wilayah antara lautan Garbhodaka dan system planet paling bawah. Semua penduduk Pitriloka, dipimpin oleh Agnisvatta, bermeditasi di dalam Samadhi yang khusuk kepda Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mengharapkan keluarganya baik-baik saja.
Uraian tentang Neraka
Planet-planet Neraka merupakan destinasi bagi mereka yang ber-ajal untuk mengalami penderitaan sebagai pahala atas segala kegiatan mereka yang jahat dan keji, tentu saja jika orang-orang bisa memutuskan/memilih, untuk diri mereka sendiri, apakah akan pergi ke neraka atau tidak, maka tak seorangpun memilih pergi kesana. Tapi sayangnya kita tak bisa memilih, dan hal ini tergantung pada otoritas-otoritas yang lebih tinggi, yang menyaksikan dan menghakimi segala tindakan kita. Ada kesalah-kaprahan umum diantara banyak orang bahwa sepanjang apa yang kita lakukan tidak membahayakan seseorang atau tak terilihat siapa pun, maka kita bebas melakukan segala hal yang kita inginkan. Namun kitab Veda menekankan bahwa, “matahari, api, angkasa, udara, para dewa, bulan, senja, malam, siang, segala-arah, air, tanah, dan Roh Yang Utama (Paramatma) Sendiri semuanya menyaksikan segala kegiatan Makhluk hidup.” (Bhagavata Purana 6.1.42) menurut saksi-saksi ini, makhluk hidup tak dapat pergi kemana pun dimana tak ada yang melihat apa yang dilakukannya.
Penguasa planet-planet neraka dan pengatur akhirat-setelah kehidupan mereka yang diajalkan untuk menghuni wilayah alam-semesta yang lebih gelap ini adalah Yamaraja. Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa Yamaraj tinggal di Pitriloka bersama pelayan-pelayan pribadinya dan sambil menerapkan aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, memiliki agen-agen yang bernama Yamadhuta (para bala tentara Yamaraja), menyeret semua orang-orang berdosa padanya segera setelah mereka mengalami kematian. Setelah mereka membawa ke pengadilanya, beliau menghakimi secara pantas mereka sesuai kegiatan berdosa khusus mereka dan mengirim mereka ke salah satu planet-planet neraka untuk hukuman yang cocok.
“Beberapa otoritas mengatakan bahwa ada total 21 planet neraka, dan beberapa mengatakan 28. nama-nama planet neraka itu adalah : Tamisra, Andhatamisra, Raurava, Maharaurava, Kumbhipaka, Kalasutra, Asipatravana, Sukaramukha, Andhakupa, Krmibhojana, Sandamsa, Taptasurmi, Vajrakanttaka-salmali, Vaitrani, Puyoda, Pranarodha, Visasana, Lalabhaksa, Sarameyadana, Avici, Ayahpana, Ksarakardama, Raksogana-bhojana, Sulaprota, Dandasuka, Avatanirodhana, Paryavartana dan Sucimukha. Semua planet-planet neraka ini dimaksudkan sebagai tempat hukuman bagi makhluk hidup.” (Bhagavata Purana 5.26.7)
Di seluruh literatur Veda, khususnya di dalam kitab-kitab Purana, ada uraian mengenai planet-plnaet neraka ini. Kami hanya akan memasukan sebagaian kecil dari utaian2 ini agar tidak membuat bab ini terlau panjang, tetapi sekurang-kurangnya kita dapat melihat tempat semacam apakah neraka itu dan orang-orang macam apa saja yang diangkut kesana.
“Seseorang yang mengambil alih istri sah, anak-anak atau uang orang lain diseret pada saat kematian, oleh Yamadhuta yang menakutkan, yang mengikatnya dengan tali waktu dan melemparkannya dengan paksa kedalam planet-planet neraka yang bernama Tamisra. Di planet yang gelap ini, orang-orang berdosa di hukum oleh para Yamadhuta, yang memukuli dan memarahinya. Dia menderita kelaparan, dan ia tak diberikan air untuk diminum. Demikianlah para asisten Yamaraj yang penuh murka, membuatnya menderita, dan kadang-kadang ia jatuh pingsan menerima berbagai siksaan mereka.” (Bhagavata Purana 5.26.8).
“Di dalam kehidupan ini, orang-orang melakukan kekerasan terhadap para makhluk hidup. Oleh karena itu, setelah kematian, ketika ia di seret ke nerka oleh Yamaraj, para maklhuk hidup itu yang dulu ia sakiti muncul sebagai binatang yang bernama ruru untuk memberikan rasa yang amat sakit padanya. Orang terpelajar menyebuit neraka ini Raurava. Hewan ini tak dapat kita lihat di bumi, ruru ini bersifat lebih iri daripada ular.” (Bhagavata Purana 5.26.11)
Mengenai hal ini, setiap orang dapat melihat bahwa ada orang-orang yang memiliki mentalitas raksasa/iblis dan bersenang-senang dengan menyakiti mahluk lain tanpa rasa adil. Orang yang melakukan kekerasan seperti itu akan diseret ke Raurava, dimana para makhluk hidup yang telah mereka sakiti di masa lalu mengambil wujud sebagai ruru dan memberikan penderitaan yang luar biasa kepada mereka, seperti dijelaskan dalam ayat berikut :
“Hukuman di neraka yang bernama Maharaurava adalah wajib bagi orang memelihara badannya dengan menyakiti yang lain. Di neraka ini, pada hewan ruru yang dinekal dengan nama krayavada menyiksanyadan memakan dagingnya. Untuk pemeliharaan badan mereka dan untuk kepuasan lidah mereka, orang-orang jahat/cruel memasak hewan-hewan dan burung–burung lemah/poor dan hidup2. orang-orang seperti itu dikutuk bahkan oleh pemakan-manusia. Pada kehidupan mereka kemudian, mereka dieret oleh para Yamadhuta ke neraka yang bernama kumbhipaka, dimana mereka di dalam minyak yang mendidih.” (Bhagavata Purana 5.26.12-13)
“Seorang pembunuh brahmana dimasukkan ke neraka yang bernama Kalasutra, yang memiliki garis tengah.jari-jari 80.000 mil dan seluruhnya terbuat dari tembaga. Dipanasi dari bawah oleh api dan dari atas oleh matahari yang membara, permukaan tembaga planet ini sangat panas sekali. Demikianlah para pembunuh brahmana menderita terbakar baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam ia terbakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia terbakar dari pansa matahari dan api yang berada dibawah permukaan tembaga. Oleh karena itu ia kadang-kadang terbaring, kadang duduk, kadang-kadang berdiri, dan kadang2 berlari kesana kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahunsebanyak rambut di tubuh hewan (yang ia bunuh).” (Bhagavata Purana 65.26.14)
“Di dalam kehidupannya berikutnya, seorang raja atau wakil pemerintah yang berdosa yang menghukum orang yang tak berdosa, atau yang memberikan hukumana pada badan seorang brahmana, diseret oleh Yamadhuta ke neraka yang bernama Sukharamuka, dimana asisten Yamaraj yang paling perkasa menghancurkannya persis seperti orang menghancurkan tebu untuk mendapatkan airnya. Para maklhuk hidup yang berdosa menangis ……, sama seperti seorang manusia yang tak berdosa melaksanakan hukuman. Ini adalah akibat dari menghukum orang yang tak bersalah.” (Bhagavata Purana 5.26.16)
“Seseorang yang tidak berada pada kondisi darurat merampok, permata (atau benda-benda berharga) dan emas milik seorang brahmana -atau malahan, orang lainnya—ditempatkan kedalam neraka bernama Sandamsa. Disana kulitnya dilapisi dan dipisahkan oleh bola-bola dan jepitan besi merah-panas, maka keseluruhan badannya terpotong menjadi berkeping-keping.” (Bhagavata Purana 5.26.19)
Ketika menulis bagian ini dan tinggal di Detroit, adalah tidaklah umum mendengar kesedihan orang-orang tua yang tidak punya uang dan kelaparan dan hanya bergumul dari hari ke hari hanya untuk bertahan hidup. Di banyak kasus, salah satu alasan mereka tidak memiliki kebutuhan lagi akan uang untuk merawat diri mereka lebih baik adalah karena mereka telah dirampok, bukan satu dua kali, tetapi banyak kali. Ini menjadikannya sangat sulit bagi orang–orang ini untuk menikmati hari-hari akhir mereka dengan kedamaian atau kebahagiaan. Bagaimana pun juga dari ayat diatas, kita dapat belajar bahwa para pencuri yang mencuri, mencoleng, dan juga memukul penduduk yang tidak berdosa/bersalah demi kesenangan sendiri berakhir di Sandamsa. Para kriminal demikian mungkin bisa lolos dari hukum setempat, tetapi mereka tidak akan pernah lolos dari hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Pada waktu kematian, kriminal-kriminal demikian itu dengan segera diseret oleh tentara Yamaraj dan dihukum dengan mengupas kulit mereka dengan jepitan besi panas. Jika semua pencuri tahu nasib seperti demikian menantinya setelah kematian atas penderiataan yang ia timbulkan pada yan glainnya, dia tidak akan melanjutkan kegiatan semacam itu
“Seorang laki-laki atau wanita yang terlibat dalam hubungan seksual dengan pasangan tak sahnya, dihukum setelah kematian oleh para asisten Yamaraj di neraka yang bernama Taptasurmi. Disanalah laki-laki dan wanita yang demikian dipukul dengan cambuk. Sang laki-laki dipaksa untuk memeluk besi merah panas yang berbentuk wanita. Dan yang wanita dipaksa untuk memeluk bentuk yang serupa namun laki-laki. Itulah hukuman bagi seks yang tak sah.” (Bhagavata Purana 5.26.20)
Hukuman-hukuman di planet-planet neraka kedengarannya sangat kejam, namun seseorang menjadi kapok dan menyesal dengan menderita sambil mengingat kegitatan-kegiatan berdosa masa lalunya. Seseorang seperti itu mungkin masih membawa penderitaan yang mendalam di dalam bawah sadar mereka di kehidupannya kemudian dan akan menahan dari kegiatan yang sama di masa mendatang.
“Di wilayah Yamaraj ada ratusan dan ribuan planet-planet neraka. Orang-orang tidak saleh seperti yang telah saya sebutkan-dan yang tidak saya sebutkan—semuanya harus masuk ke berbagai planet-planet ini sesuai dengan tingkat ketidak-salehan mereka. Mereka yang saleh, bagaimanapun juga, memasuki sistem planet yang lain, yaitu planet-planet para dewa, baik yang saleh maupun yang tidak saleh, kedua-duanya lagi dibawa kebumi setelah segala pahala dari kegiatan saleh atau tidak saleh mereka habis.” (Bhagavata Purana 5.26.37)
Dari ayat ini, kita dapat mengerti bahwa neraka bukanlah sebuah tempat dimana dihukum secara abadi setelah kematian. Hanyalah reaksi bagi kegiatan-kegiatan tertentu yang keji. Namun sesuai dengan intensitas penderitaan, maka seolah-olah kelihatannya kekal/abadi. Setelah reaksi atas segala kegiatan-kegiatan habis terpakai, orang itu umumnya kembali memasuki atmosfer bumi untuk memulai lagi. Kemudian dia dapat melanjutkan mengembara lagi ke berbagai tingkat sistem planet, atau berbagai spesies kehidupan, sampai secara bertahap, ia mengalami berbagai aspek keberadaan material, dari paling bawah sampai planet-planet surga atas surga. BAGAIMANA pun juga, kita harus mengetahui bahwa mengembara terus menerus ke berbagai sistem planet/kehidupan, atau ke berbagai speseis kehidupanm, bukanlah caranya untuk mendapatkan kebahagian sejati. Kebahagian yang selalu kita rindukan berada diluar kurungan alam material ini baik dari atas sampai bawah, atau surga neraka-yang bersifat sementara di dunia ini.
Sumber: Unknow (Dikutip dari file Virabhadra Prabhu)
Lihat Juga :
Tuhan | Pendistorsian Hindu | Awal Mula Semua Agama Adalah Veda | Uraian Mengenai Surga | Kemunculan Avatara Emas Pada Zaman Kali Yuga | Resep Mencetak Anak Suputra | Buddha Avatara | Cabang Filsafat Veda | Menggapai Keagungan Himalaya | Sains Dalam Veda | Asal Usul Lingham Siva | Jejak Peradaban Veda di Afrika dan Timur Tengah | Muhammad, Islam dan Bhakti Yoga | Menelusuri Perjalanan Panjang Nabi Isa | Apakah Ramalan Tentang Kelahiran dan Hari Baik Dapat Dipercaya? | Forbidden Archeology | Kenapa Menjadi Hindu? | Dhanur Veda, Ilmu Militer Veda | Bulan Sabit Di Kepala Dewa Siva | Menelusuri Perjalanan Panjang Nabi Isa | Agama Langit dan Agama Bumi | Avatara | Ayurveda, Ilmu Kedokteran Veda
No comments:
Post a Comment