Horizontal Page

Dialog Tentang PRAKRTI

Filsafat Mahabharata.
Sisya: Guru, pada kesempatan ini mohon jelaskan kepada saya mengenai apa yang disebut sebagai prakrti.

Guru: Anakku, secara umum prakrti berarti alam atau dunia. Prakrti juga dapat berarti materi, tenaga atau energi. Kadang kala prakrti juga berarti sifat, tabiat, perangai, watak dan hakekat. Tetapi dalam Bhagavad Gita, prakrti umumnya berarti alam material.


Sisya: Jika prakrti berarti alam atau dunia, bagaimana kata prakrti ini bisa dipakai menunjuk alam material atau alam spiritual?

Guru: Hal itu tergantung pada konteks topik yang dibicarakan. Tetapi Veda secara jelas menyebut alam material sebagai mohini-prakrti dan alam spiritual daivi-prakrti.

Sisya: Lalu dari manakah alam material ini berasal Guru?

Guru: Alam material berasal dari tenaga material Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga material beliau disebut maya. Ma = tidak, dan Ya = itu. Jadi Maya berarti; “Yang bukan itu”. Diartikan demikian karena tenaga materialNya ini menyebabkan para mahluk hidup yang tinggal di alam material lupa pada hakekat dirinya sejati sebagai jiva rohani abadi. Para mahluk hidup menganggap badan jasmaninya sebagai dirinya sejati.

Sisya: Saya belum paham tentang tenaga material Tuhan Yang Maha Esa yang disebut maya ini. Dapatkah anda menjelaskannya secara lebih mendetail?

Guru: Tenaga material Tuhan ini disebut dengan banyak nama sesuai dengan sifat dan hakekatnya. Disebut mohini-prakrti, sebab maya berhakekat mengkhayalkan. Disebut avidya-sakti, sebab maya berhakekat menggelapkan atau menyebabkan kebodohan. Disebut tri guna mayi, sebab maya memiliki tiga unsur yang disebut tri guna, yaitu sifat sattvam (kebaikan), rajas (nafsu) dan tamas (kegelapan). Disebut apara prakrti, karena maya bisa dimanfaatkan oleh para mahluk hidup untuk kesenangan di dunia fana. Disebut bahiranga sakti atau tenaga eksternal Tuhan, sebab maya berhakekat menjauhkan sang mahluk hidup dari Tuhan. Disebut acit vaibhava, karena maya mewujudkan alam material yang sementara dan berubah-ubah. Dan disebut maha maya, karena maya sangat sulit diatasi.

Sisya: Jadi maya adalah tenaga material Tuhan yang mengkhayalkan sang mahluk hidup dari Tuhan. Oleh karena alam material ini terwujud dari maya, maka alam material inipun pada hakekatnya mengkhayalkan. Apakah demikian Guru?

Guru: Ya, begitulah. Tetapi kita harus memahami bahwa jika Veda berbicara tentang prakrti, kedalamnya sudah termasuk pengertian badan jasmani. Artinya, badan jasmani segala mahluk hidup adalah praktri. Alam material beserta segala fenomenanya adalah prakrti. Demikianlah, begitu sang mahluk hidup memperoleh badan jasmani, ia seketika menjadi terkhayalkan, lupa pada hakekat dirinya sebagai jiva rohani yang abadi. Lalu ia bertindak sesat dengan sibuk dalam kegiatan memuaskan indriya badan jasmani agar hidup bahagia di dunia fana seraya lupa kepada Tuhan. Ia selalu berpikir dirinya adalah badan jasmani dengan nama si Anu yang urusannya bekerja keras memuaskan indriya jasmani dengan berbagai cara.

Sisya: Apakah Veda memang menyatakan maya mengkhayalkan para mahluk hidup di dunia material?

Guru: Ya, bukan saja mengkhayalkan, tetapi juga menyengsarakan. Dikatakan dalam Visnu Purana 6.7.62, “yaya ksetrajna saktih ca vestita nrpa sarva ga samsara tapan akhilam avapnoti atra santatah, sang mahluk hidup disebutksetrajna (jiva), O sang Raja. Meskipun ia bisa hidup di dunia fana atau dunia rohani, tetapi ia tiada henti didera oleh kesengsaraan hidup material, sebab ia dicengkram kuat oleh tenaga material Tuhan sehingga ia lupa pada hakekat dirinya sebagai ksetrajna yang spiritual abadi”.

Sisya: Bagaimana proses terbentuknya unsur-unsur materi dari maya yang menwujudkan alam material beserta segala isinya?

Guru: Dengan maksud memenuhi keinginan para mahluk hidup untuk menikmati secara terpisah dari diriNya, Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna memisahkan tenaga material dan para jiva dari diriNya sendiri. Tenaga materialNya membentuk unsur secara total. Keseluruhan unsur materi ini dalam keadaannya yang amat halus dan tanpa keanekaragaman disebut pradhana. Ia nampak bagaikan kumpulan awan kecil di angkasa rohani nan luas tak terbatas. Kemudian Sri Krishna memandang sekejap pradhana tersebut. Begitu dipandang, perbanyakan Beliau, yaitu Maha Visnu yang juga disebut Karanadakasayi Visnu beserta tenagaNya yang mengkhayalkan, yaitu tri guna bersama-sama para jiva yang jumlahnya tak terhitung, masuk ke dalam pradhana. Lalu pradhana yang telah termuati tri guna bersama-sama para jiva menjadi aktif dan berkembang menjadi mahat tattva dengan beraneka-ragam sifat, ciri, kehendak, kecenderungan dan keinginan. Mahat tattva disebut pula brahman, yaitu kumpulan seluruh unsur materi alam fana dan para jiva dan menjadi benih keseluruhan prakrti beserta segala mahluk penghuninya.

Sisya: Maaf Guru, saya pernah mendengar bahwa proses terwujudnya prakrti beserta segala mahluk hidup penghuninya dengan beranekaragam badan material, adalah serupa dengan proses kelahiran bayi dari rahim sang ibu. Apakah hal ini terkait dengan penjelasan anda?

Guru: Ya, sangat terkait. Veda menyatakan bahwa Tuhan adalah unsur purusa. Sedangkan keseluruhan unsur materi nan halus tanpa keanekaragaman adalah pradhana. Karena dibuahi oleh purusa melalui pandanganNya dengan para jiva yang tidak terhitung jumlahnya, maka pradhana menjadi aktif. Kemudian pradhana berkembang menjadi mahat-tattva atau brahman yang menjadi asal keseluruhan prakrti. Brahman ini selanjutnya menjadi sebab munculnya beranekaragam mahluk hidup di alam fana. Dalam Bhagavad Gita 14.3, Sri Krishna menjelaskan hal ini secara sangat umum, “Mama ycnir mahad brahma tasmin grabham dadhyamy aham sambhavah sarva bhutanam tato bhavati bharata, keseluruhan unsur materi yang disebut brahma adalah asal kelahiran. Brahma inilah yang Aku buahi sehingga memungkinkan adanya kelahiran segala mahluk hidup di alam material, O putra Bharata”.

Sisya: Lalu bagaimana perkembangan mahat tattva yang juga disebut brahman ini selanjutnya Guru?

Guru: Dipicu oleh unsur waktu, tri guna dalam mahat tattva berinteraksi dan memelihara ahankara, atau keakuan palsu. Ahankara ini menjadi salah satu unsur badan material halus sang jiva di dunia fana dan menjadi sebab dia selalu berpikir keliru, “Aku adalah badan jasmani ini dengan nama si Anu”. Dengan kata lain, ahankara adalah materi halus yang menyelimuti sang jiva dengan pemahaman salah tentang dirinya. Ahankara ada tiga macam, yaitu Sattvika ahankara, darinya muncul pikiran atau manah dan para dewa pengendali. Rajasika ahankara, darinya muncul lima indriya persepsi (telinga, mata, hidung, lidah dan kulit), lima indriya pekerja (tangan, kaki, mulut, anus dan kemaluan) dan kecerdasan atau yang disebut buddhi. Tamasika ahankara, darinya muncul 5 objek indriya (rasa, sentuhan, aroma, wujud dan suara), dan 5 unsur materi kasar (akasa, udara, api, air dan tanah).

Sisya: Jika ditotal, beberapa macam unsur materikah terwujud dari maya yang membentuk prakrti?

Guru: Ada 24 unsur materi alam fana, yaitu; 3 unsur materi halus (ego, pikiran dan kecerdasan), 5 unsur materi kasar (akasa, udara, api, air dan tanah), dan 5 indriya persepsi (telinga, hidung, mata, kulit dan lidah), 5 indriya pekerja (tangan, kaki, mulut, anus dan kemaluan), 5 objek indriya (suara, wujud, rasa, aroma dan sentuhan) dan waktu (kala) yang memicu tri guna berinteraksi dan mewujudkan ke-23 unsur materi tersebut.

Sisya: Saya sulit mengerti bahwa menurut Veda, ego, pikiran, kecerdasan, indriya persepsi, indriya pekerja, objek indriya, akasa, udara dan api tergolong materi. Dapatkah anda menjabarkannya dengan lebih detail?

Guru: Sebenarnya Veda hanya menyebut 2 jenis materi, yaitu materi halus (ego, pikiran dan kecerdasan) dan materi kasar (akasa, udara, api, air dan tanah). Hal ini dapat saya jelaskan sebagai berikut. Kelima indriya persepsi dan 5 objek indriya adalah sesungguhnya bagian dari kelima materi kasar. Perhatikan daftar di bawah ini.


Maksudnya, karena ada unsur materi akasa, maka padanya sudah ada indriya persepsi telinga dan objek indriya suara. Karena ada unsur materi udara, maka padanya sudah ada indriya persepsi kulit dan objek indriya sentuhan. Kelima indriya pekerja adalah fasilitas badan jasmani untuk bekerja secara fisik dengan bantuan dan kerja sama kelima indriya persepsi. Dikatakan lebih lanjut bahwa kelima indriya persepsi, lima objek indriya dan lima indriya pekerja adalah para pelayan pikiran dan terkumpul pada pikiran dalam keadaannya nan halus. Akasa, udara dan api memang menurut Veda tergolong materi kasar. Mungkin menurut sarjana duniawi ketiganya ini adalah materi halus. Begitulah bahwasanya antara Veda sebagai pengetahuan rohani dengan sains sebagai pengetahuan material dibangun dari sudut pandang yang berbeda.

Sisya: Anda menyebut bahwa dari sattvika ahankara muncul para dewa pengendali. Apa dewa pengendali itu dan apa fungsinya?

Guru: Dewa pengendali adalah semacam perwujudan sakti (energi) yang berfungsi memberikan sifat dan kemampuan khusus pada materi atau indriya. Misalnya, karena ada Agni sebagai dewa pengendali, maka materi api itu bersifat panas dan memiliki kemampuan membakar. Karena ada dewa Surya, maka mata mampu melihat. Begitu pula, karena ada Vayu, maka indriya kulit bisa merasakan sentuhan. Dan demikian seterusnya.

Sisya: Tapi saya belum bisa mengerti pernyataan Veda bahwa ego, pikiran dan kecerdasan tergolong materi halus. Apakah otak sama dengan pikiran? Apakah ego itu? Dan apa yang dimaksud kecerdasan?

Guru: Anakku, jika kamu mau merenung dan berpola sattvik, kamu akan memahaminya. Ego atau ahankara adalah unsur jasmani halus yang selalu membuai sang jiva dengan identitas palsu, “Aku adalah badan jasmani ini dan urusanku adalah bekerja keras dengan segala cara agar hidup bahagia di dunia ini”. Dengan kata lain, ego berfungsi sebagai pengubah kesadaran dari spiritual ke material. Pikiran atau manah adalah pusat semua indriya dan objek indriya. Dikatakan bahwa semua indriya adalah pelayan pikiran. Dan pikiran berfungsi sebagai sarana perekam dan penyimpan informasi yang berasal dari semua indriya. Otak tidak sama dengan pikiran, sebab ketika seseorang mati, jasmani termasuk otaknya akan segera hancur. Tetapi pikiran tetap menyelimuti sang jiva untuk berpindah ke badan jasmani yang baru. Otak hanyalah fasilitas material badan halus sang jiva untuk berkegiatan fisik. Sedangkan kecerdasan atau disebut juga buddhi berfungsi sebagai sarana penganalisis dalam membedakan dan menentukan salah dan benar, baik dan buruk, berguna atau tidaknya. Ketiga materi halus (ego, pikiran dan kecerdasan) ini membentuk badan material halus para mahluk hidup di dunia fana.

Sisya: Lalu bagaimana tentang tri guna yang dikatakan sebagai tenaga Tuhan yang mengkhayalkan? Apakah tri guna ini sama dengan maya?

Guru: Tenaga materialNya berupa keseluruhan unsur materi dalam keadaan amat halus tanpa keanekaragaman dan belum aktif. Sedangkan yang disebut pradhana adalah ibarat rahim ibu yang belum dibuahi. Setelah pradhana dimasuki oleh tenagaNya yang disebut tri guna membuat pradhana menjadi aktif dan berubah menjadi mahat tattva yang diibaratkan seperti rahim ibu yang sudah dibuahi. Karena itu Sri Krishna berkata dalam Bhagavad Gita 7.14: “Daivi hy esa guna mayi mana maya, tenaga materialKu nan halus yang disebut maya terdiri dari tri guna. Bahwa tri guna adalah unsur-unsur maya, disebutkan juga di bagian pustaka Veda yang lain. Dikatakan para dewa berkata kepada Sri Krishna, “Tvam mayaya trigunayatmani, tenaga materialMu maya yang mengkhayalkan dan terbentuk dari tri guna, ada pada diri Anda” (Bhagavata Purana 11.6.8). Dikatakan pula, “Sva mayam trigunatmikam, tenaga materialNya maya yang menggelapkan terdiri dari tri guna” (Bhagavata Purana 11.9.19).

Sisya: Jadi tri guna adalah unsur maya? Apa sebenarnya tri guna ini Guru?

Guru: Maya, tenaga material Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna juga disebut maha maya yang merupakan bayangan yoga maya, tenaga spiritual Beliau yang mewujudkan dunia rohani tempat tinggalNya. Dikatakan sebagai bayangan, sebab ia berhakekat terbalik dari aslinya. Hladhini (kebahagiaan), sandhini (kekekalan) dan samvit (pengetahuan) adalah unsur-unsur yoga maya. Karena itu, dunia rohani berhakekat kekal, membahagiakan dan penuh pengetahuan. Akan tetapi, oleh karena berhakekat terbalik, maka begitu menjadi maha maya, unsur-unsur yoga maya berubah menjadi tri guna, yaitu sattvam, rajas dan tamas. Karena itu, alam material yang diliputi tri guna adalah tempat menyengsarakan, sementara dan penuh derita. Demikianlah hakekat tri guna yang secara umum disebut tiga sifat alam material.

Sisya: Apa benar alam material ini adalah tempat menyengsarakan Guru?

Guru: Ya, Veda menyatakan; “Dhukhalayam asasvatam, dunia material ini adalah tempat sementara penuh duka (Bg. 8.15). Anityam asukham lokan, alam fana ini adalah dunia tidak kekal dan menyengsarakan (Bg. 9.33)”.

Sisya: Mengapa maya dikatakan berhakekat mengkhayalkan, membingungkan, dan menyesatkan mahluk hidup di dunia?

Guru: Karena maya senantiasa membuai para mahluk hidup dengan keakuan palsu (ahanta). Maya senantiasa membuai para mahluk hidup dengan rasa kepemilikan palsu (mamanta), “segala hal yang terkait dengan diriku adalah milikku, dan segala yang lain bisa segera menjadi milikku”. Maya senantiasa membuai mahluk hidup dengan perasaan palsu bahwa kebahagiaan material semu dan sementara (maya sukha) adalah kebahagiaan sejati (brahma sukha). Demikianlah dengan selalu dibuai oleh paham-paham kehidupan keliru ini, sang jiva dikatakan mengkhayal dan hidup tersesat.

Sisya: Kembali ke masalah tri guna, mengapa sering dikatakan bahwa tri guna adalah tali-temali halus maya?

Guru: Tri guna secara literal berarti tiga tali yang mengikat para mahluk hidup di dunia fana sehingga ia sering disebut tali-temali atau jerat maya. Secara kiasan disebut tiga tangan halus maya karena tri guna secara halus mencengkram para jiva hingga mereka tidak bisa lepas keluar dari dunia fana. Dan secara kiasan pula disebut tiga tirai halus maya, karena tri guna berhakekat menutupi, mengkhayalkan, membingungkan dan menyesatkan para jiva di dunia material.

Sisya: Anda mengatakan bahwa alam material adalah tempat menyengsarakan, penuh duka dan derita. Di dunia ini, penjara adalah tempat menyengsarakan. Dapatkah saya katakan bahwa alam material ini pada hakekatnya adalah penjara?

Guru: Ya, sebab personifikasi maya yang mewujudkan alam material adalah dewi Durga. Dan Durga berarti penjara. Alam material ini adalah penjara bagi para mahluk hidup yang melanggar aturan kehidupan di dunia rohani, yaitu tidak mau melayani Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna. Mereka ingin menikmati secara terpisah tanpa tergantung kepadaNya. Maka Tuhan menempatkan mereka di alam material ini. Seperti halnya para penghuni penjara diberi pakaian dan atribut khusus, begitu pula di dunia fana para jiva yang tergolong “kriminal” diberikan badan material dan diikat dengan atribut tali-temali maya dari tri guna.

Sisya: Tetapi mengapa hampir semua orang tidak menyadari bahwa mereka sesungguhnya adalah para kriminal yang menghuni penjara dunia fana Guru?

Guru: Karena mereka dikhayalkan dan dibingungkan oleh maya dengan paham keakuan palsu, paham kepemilikan palsu dan kebahagiaan material semu.

Sisya: Mengapa Sri Krishna sengaja membuat alam material yang terwujud dari tenaga materialNya sebagai tempat menyengsarakan bagi para mahluk hidup?

Guru: Sesungguhnya para mahluk hidup yang tinggal di alam material ini ada dalam keadaan kotor. Kotor oleh kegiatan memuaskan indriya badan jasmani dalam usahanya hidup bahagia tanpa harus melayani dan bergantung kepada Tuhan. Dengan maksud agar kembali insaf pada kedudukan dasarnya sebagai pelayan kekal Tuhan, maka kesadaran mereka perlu dibersihkan melalui berbagai macam kesengsaraan, duka dan derita seperti halnya emas dimurnikan dengan cara dipanaskan dan dipukul berkali-kali. Itulah sebabnya Sri Krishna sengaja membuat alam material ini tempat menyengsarakan.

Sisya: Mengapa kebanyakan orang berpendapat bahwa alam material ini bukan tempat menyengsarakan?

Guru: Karena mereka hampa pengetahuan spiritual Veda, tidak insaf diri dan diikat amat kuat oleh maya dengan prinsip-prinsip kehidupan materialistik, yaitu keakuan palsu, kepemilikan palsu, dan kebahagiaan material semu.

Sisya: Di awal, anda mengatakan bahwa alam material ini terwujud dari maya, tenaga material Sri Krishna yang mengkhayalkan. Oleh karena berasal dari maya, tidakkah itu berarti bahwa alam material ini pada hakekatnya khayal juga?

Guru: Tidak. Alam material ini adalah nyata, bukan khayal, tetapi keberadaannya sementara. Sebab ia diciptakan dan dilebur berulang-ulang. Jika dikatakan khayal, itu berarti hukum karma phala tidak ada, tidak ada gunanya melakukan tapa dan vrata penyucian diri, dan surga ataupun neraka tidak ada di alam material ini. Hanya orang-orang mayavadi yang mengatakan jagat mithya, alam material ini palsu alias tidak nyata. Yang khayal adalah prinsip-prinsip kehidupan materialistik produk maya, yaitu keakuan palsu, kepemilikan palsu dan kebahagiaan material semu.

Sisya: Apakah fungsi maya selamanya mengkhayalkan dan menyesatkan para mahluk hidup?

Guru: Tidak. Dikatakan, “Mayam tu prakrtim vidhi mayinam tu mahesvaram, meskipun maya tampak hebat dalam wujud alam material ini, namun ia berada di bawah kendali Tuhan Yang Maha Esa” (Svetasvatara Upanisad 4.10). Dikatakan lebih lanjut bahwa personifikasi maya adalah Durga Dewi yang diibaratkan seperti bayangan Sri Govinda dan bertindak sesuai dengan keinginanNya (Brahma Samhita 5.44). Tugas Durga Dewi adalah mensucikan para mahluk hidup melalui hukuman dengan melempar mereka ke dalam beraneka macam duka dan derita kehidupan material supaya pada akhirnya mereka menjadi insyaf pada diri dalam kedudukan dasarnya sebagai pelayan kekal Sri Krishna. Kepada para jiva yang sudah jera pada kesengsaraan dunia fana dan kembali ingin mengabdikan diri kepada Sri Krishna, Durga Dewi memberikan berkah pengetahuan spiritual bhakti untuk kembali pulang ke dunia rohani.

Sisya: Yang saya ketahui adalah kebanyakan orang memuja Durga Dewi untuk mendapatkan berkah material seperti kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Apa pendapat anda terhadap hal ini Guru?

Guru: Berkah material seperti itu disebut sakapata yang pada hakekatnya adalah; avaranatmika, bersifat menutupi atau menggelapkan kesadaran, dan praksepatmika, memerosotkan kehidupan. Dengan kata lain, berkah material seperti itu hanya membuat sang mahluk hidup menjadi semakin lupa kepada Sri Krishna dan berada semakin jauh dariNya.

Sisya: Tadi anda mengatakan bahwa Durga Dewi bisa memberikan berkah spiritual bhakti. Apakah ini berarti bahwa maya dalam wujudnya sebagai Durga Dewi bisa membantu setiap orang dalam menempuh jalan kerohanian bhakti?

Guru: Ya, sebab Durga Devi adalah bhakta Sri Visnu, sehingga nama lain beliau adalah Vaisnavi. Berkah pengetahuan spiritual bhakti yang diberikan olehnya disebut niskapata yang membuat seseorang tercerahkan, insyaf pada kedudukan dasarnya sebagai pelayan kekal Sri Krishna. Dikatakan bahwa para gopi memuja Dewi Durga yang juga disebut Dewi Katyayani untuk mendapatkan cinta bhakti Sri Gopala (Krishna).

Sisya: Jikalau seseorang berhasil maju dan tekun dalam pelayanan bhakti murni kepada Sri Krishna, bagaimana maya bertindak atas dirinya dan bagaimana kedudukannya di alam material ini?

Guru: Maya tidak lagi mengikat dirinya dengan tali-temali halus tri guna yang mengkhayalkan dan menyesatkan. Dia telah mengatasi belenggu maya yaitu tri guna dan mencapai tingkat spiritual brahma-bhuta. Sri Krishna berkata: “mam ca yovyabhicarena bhakti-yogena sevate sa gunan samatityaitan brahma-bhuyaya kalpate, orang yang tekun dalam pelayanan bhakti kepadaKu dan tidak pernah gagal dalam keadaan apapun, seketika mengatasi (belenggu maya yang disebut) tri guna, dan dengan demikian mencapai tingkat kehidupan spiritual brahma-bhuta” (Bg. 14.29). Dengan kata lain, dia telah mencapai mukti, lepas dari kehidupan material yang menyengsarakan meskipun masih tinggal di alam fana dan dia disebut jivan-mukta (perhatikan Bhakti Rasamrta Sindhu 1.2.187).

Sisya: Apakah maya hanya bisa diatasi dengan proses bhakti yoga? Bagaimana dengan karma yoga, jnana yoga dan juga dhyana yoga?

Guru: Sepanjang yang menyangkut kesimpulan Veda (Veda siddhanta), yaitu Bhagavad Gita, dikatakan bahwa maya hanya bisa diatasi dengan melakukan pelayanan bhakti kepada Sri Krishna. Bhakti yang murni ditunjukkan dengan penyerahan diri total sang bhakta kepada Beliau. Karena itu Sri Krishna berkata: “Daivi hy esa guna mayi mama maya duratyaya mam eva ye prapadyante mayam etam ta ranti te, tenaga materialKu nan halus, maya yang terdiri dari tri guna sungguh sulit diatasi. Tetapi siapapun yang telah berserah diri penuh kepadaKu, dengan mudah mengatasinya” (Bg. 7.14). Bahkan Patanjali Yoga Sutra yang oleh sebagian orang awam dianggap sebagai jalan kerohanian paling tinggi disebutkan; “îåvara-prañidhânâd va, Penyerahan diri (disebut juga bhakti) adalah jalan menuju kesadaran transendental” (Patanjali Yoga Sutra I.23). Hal yang serupa juga ditegaskan dalam Patanjali Yoga Sutra II.1, II.32 dan juga II.45. Jadi puncak dari semua jalan kerohanian hanyalah penyerahan diri murni kepada Tuhan, atau bhakti yoga.

Sisya: Maya menyebabkan orang-orang berpikir salah dan sesat. Dapatkah anda menunjukkan contoh-contoh praktis dalam kehidupan yang timbul dari berpikir salah dan sesat ini?

Guru: Badan jasmani dianggap diri sendiri. Alam material dianggap tempat tinggal sejati. Kenikmatan duniawi semu dan sementara dianggap kebahagiaan sejati. Memuaskan indriya jasmani dianggap pengetahuan. Pencapaian pangkat dan jabatan duniawi dianggap membuat diri terhormat. Pemilikan gelar-gelar akademik dianggap membuat hidup lebih maju. Kepemilikan kekayaan material yang berlimpah dianggap meniadakan derita. Kelahiran dianggap kesempatan menikmati. Kematian dianggap akhir kehidupan. Persenyawaan kimiawi secara materi dianggap asal muasal kehidupan. Alam material dianggap terwujud secara mekanis. Kemajuan teknologi diangap kehidupan yang lebih beradab. Cerita-cerita Veda dianggap dongeng. Binatang dan mahluk hidup yang lain dianggap tidak memiliki jiva. Kehidupan beradab dianggap hanya ada di Bumi yang telah terjangkau teknologi modern. Ekonomi dianggap masalah kehidupan paling utama. Perbuatan dianggap bermoral jika secara material menyenangkan dan menguntungkan. Kebebasan individu dianggap nilai kemanusiaan tertinggi. Kehidupan kumpul kebo dianggap pola hidup wajar. Pendidikan akademis dianggap pendidikan yang sesungguhnya. Hidup sederhana dan bersahaja dianggap kehinaan dan kesesatan.

Sisya: Apa akibat dari berpikir salah dan sesat ini bagi kehidupan manusia?

Guru: Manusia akan hidup menderita. Sebab jika sudah salah dan sesat, seseorang pasti menemui kesulitan dan akibatnya adalah penderitaan. Maya memang dirancang menyengsarakan agar setiap manusia menjadi sadar pada hakekat dirinya sebagai jiva rohani abadi dan mau kembali membina hubungan cinta kasih bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selama inu terputus.

Sisya: Anda menjelaskan bahwa maya yang juga disebut maha maya, tenaga material Sri Krishna yang mewujudkan alam material (mohini prakrti) adalah bayangan dari yoga maya, tenaga spiritualNya yang mewujudkan alam rohani (daivi prakrti). Apakah ini berarti alam material adalah bayangan dari alam spiritual?

Guru: Ya, Veda mengibaratkan alam material sebagai pohon terbalik yang akarnya berada di atas dan puncaknya berada di bawah (perhatikan Bg. 15.1-4). Pohon terbalik ini tiada lain adalah bayangan pohon yang terlihat di kolam berair jernih. Di sini kata bayangan dipakai untuk menunjukkan kondisi alam material yang 180 derajat berbeda dari alam spiritual. Perbedaan dimaksud adalah sebagai berikut; alam material berhakekat sementara, tetapi alam spiritual berhakekat kekal; alam material menyengsarakan, tetapi alam spiritual membahagiakan; di alam material penduduk berjuang keras agar bisa bertahan hidup dalam penderitaan, tetapi di alam spiritual penduduk hidup bahagia melakukan pelayanan bhakti kepada Tuhan; penduduk alam material harus mengalami kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, tetapi penduduk alam spiritual senantiasa muda belia, segar, sehat dan tampan; di alam fana penduduk diliputi nafsu sehingga mereka selalu bersaing sengit dan bertengkar memperebutkan kekayaan dan kedudukan material untuk kepuasannya sendiri. Tetapi di alam rohani penduduk diliputi cinta kasih bhakti kepada Tuhan dan bekerja untuk kepuasanNya semata. Mereka hidup damai dan sejahtera. Jadi alam material dikatakan bayangan alam spiritual karena kondisinya yang amat berbeda seperti uraian tadi. Ini bukan berarti alam material adalah mitya, tidak nyata, khayal dan palsu seperti yang dimengerti oleh orang-orang Mayavadi.

Sisya: Saya ingin mendapat penjelasan tentang unsur-unsur maya, yaitu tri guna yang mengkhayalkan. Dapatkah anda memberikan contohnya?

Guru: Dikatakan, “Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimudhatam kartanam iti manyate, dicengkram kuat oleh (maya dengan jeratan) tri guna, sang manusia menjadi terkhayalkan dan menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukan, pada hal segala kegiatan itu terlaksana oleh badan jasmani (prakrti)nya” (Bg. 3.27). Contoh, seseorang dengan semangat dan riang hati pergi ke gedung bioskop untuk menonton film tentang cinta. Dia berpikir dirinya bebas berbuat seperti itu sesuai kehendaknya. Tidak disadari olehnya bahwa jerat maya nan halus dari sifat alam rajas yang mengikat badan jasmaninya, memaksa dirinya pergi ke gedung film untuk melihat adegan-adegan sensual. Dikatakan juga, “Prakrter guna sammudhah sajjnante guna karmasu, dikhayalkan oleh (maya dengan tirai halus) tri guna, sang manusia yang tidak insyaf akan diri sibuk bekerja secara pamerih dan menjadi terikat pada hasil kerjanya itu” (Bg. 3.29). Contohnya seorang pengusaha yang tahu bahwa dirinya telah tergolong kaya raya, telah cukup tua, dan tahu pula bahwa dirinya tidak akan membawa harta secuil pun pada saat kematian yang telah semakin dekat. Tetapi mengapa dia terus sibuk bekerja mengumpulkan harta kekayaan? Karena dia terkhyalkan oleh tirai maya yang disebut tri guna. Sifat alam rajas telah membuat dirinya tidak pernah puas atas harta yang telah dimiliki sehingga dia menjadi manusia serakah. Sifat alam tamas telah membuat dirinya lupa pada tujuan hidup sebagai manusia dan tidak peduli pada kematian. Sifat alam sattvam senantiasa membuai dirinya dengan kesenangan material, kebanggaan duniawi, sanjungan dan pujian dari orang-orang materialistik bodoh yang buta dan tuli secara rohani.

Sisya: Apa akibatnya jika sampai saat ajal seseorang tetap diikat kuat oleh tali-temali maya nan halus tri-guna?

Guru: Dia sebagai jiva rohani yang abadi akan lahir kembali di alam material dengan mendapatkan badan jasmani baru tertentu sesuai dengan jenis karma yang dilakukan pada penjelmaan sebelumnya. Dikatakan; “karanam guna sango’sya sad-asad yoni janmasu, oleh karena diikat kuat oleh (maya dengan tali-temali) tri-guna, sang mahluk hidup mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan” (Bg. 13.22).

Sisya: Sebelumnya Guru sempat mengatakan bahwa maya disebut bahiranga-sakti, tenaga luar Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna sebab ia berakekat menjauhkan sang manusia dari Beliau. Apakah ini berarti maya menyebabkan manusia melupakan Tuhan?

Guru: Bukan lupa, tetapi tidak tahu siapa Tuhan. Sebab Sri Krishna berkata: “Tribir guna mayair bhavair ebhih sarvam idam jagat mohitam nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikatakan oleh (maya dengan tirai) tri guna, seluruh dunia tidak mengenal siapa diriKu yang berada di luar ketiga sifat-sifat alam (tri guna) itu dan kekal abadi” (Bg. 7.13). Digelapkan oleh maya, sang manusia tidak tahu hakekat dirinya sebagai jiva rohani abadi. Lalu bagaimana mungkin dia tahu Tuhan?

Sisya: Kembali pada soal alam material yang diwujudkan oleh maya. Anda telah menjelaskan bahwa mahat tattva yang juga disebut brahman adalah benih keseluruhan alam material. Lalu bagaimana proses alam material ini terwujud keluar dari mahat-tattva?

Guru: Mahat-tattva menjadi aktif karena dimasuki oleh perbanyakan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna yaitu Maha Visnu yang juga disebut Karanadakasayi Visnu. Maha Visnu dikatakan sebagai roh mahat-tattva. Dikatakan lebih lanjut bahwa ketika Maha Visnu menghembuskan nafas, banyak sekali alam material terpancar keluar dari mahat-tattva. Oleh karena nama lain mahat-tattva adalah brahman, maka setiap alam material yang terwujud darinya disebut brahmanda, telor brahman. Disebut demikian karena setiap alam material berbentuk bulat seperti telor. Setiap satu brahmanda ini disebut sebagai satu alam semesta material. Sehingga sesungguhnya ada begitu banyak brahmanda atau alam semesta material diluar alam semesta kita ini.

Sisya: Jika memang ada begitu banyak alam semesta material, lalu bagaimana dengan alam semesta tempat kita ini Guru?

Guru: Di alam semesta material kita ini terdapat ekspansi dari Maha Visnu yang di sebut Garbhodakasayi Visnu. Disebut demikian karena Beliau berbaring di samudra Garbha, di atas tubuh naga Anantasesa yang melingkar sebagai tempat tidurNya. Dikatakan bahwa Garbhodakasayi Visnu adalah jiva alam semesta material yang kita huni ini.

Sisya: Lalu bagaimana prosesnya sampai terjadi seperti saat ini Guru?

Guru: Dikatakan dari pusar Garbhodakasayi Visnu tumbuh bunga padma keemasan. Dari bunga padma ini lahir Brahma, mahluk hidup pertama di alam semesta material. Ketika Brahma melihat ke segala arah, kepalanya menjadi berjumlah empat, karena itu dia disebut Catur Mukha. Oleh karena terlahir tanpa ayah dan ibu, maka Brahma disebut Svayambhu atau Atmabhu, ia yang lahir sendiri. Setelah melakukan pertapaan selama 1.000 tahun para dewa, atas perintah Sri Narayana atau Sri Visnu atau Krishna, Brahma memperoleh pengetahuan Veda yang didengar dan masuk ke hatinya melalui suara seruling Beliau. Karena diliputi oleh pengetahuan Veda, maka dia disebut sebagai Brahma, perosnifikasi Veda. Dengan pengetahuan Veda, Brahma memiliki kemampuan menciptakan planet, bintang, bulan matahari beserta ciptaan material lainnya. Brahma membagi bunga padma tempat kelahirannya menjadi 14 susunan planet yang dari bawah ke atas susunannya adalah sebagai berikut; a) Patala-loka, b) Rasatala-loka, c) Mahatala-loka, d) Talatala-loka, e) Sutala-loka, f) Vitala-loka, g) Atala-loka, h) Bhu-loka, i) Bhuvar-loka, j) Svarga-loka, k) Mahar-loka, l) Jana-loka, m) Tapo-loka, dan n) Satya-loka atau disebut juga Brahma-loka. Masing-masing loka atau alam ini tersusun oleh banyak planet-planet tersendiri.

Sisya: Mohon jelaskan pada saya mengenai kondisi Bumi ini menurut Veda, Guru!

Guru: Ada dua aspek yang dikemukakan oleh Veda tentang Bumi atau Bhu-loka ini. Pertama, Bhu-loka sebagai Bhu-gola, yaitu planet bulat yang berdiameter 1000 Yojana atau sekitar 12.872 Km. Pandangan Bhu-gola ini adalah pandangan faktual yang melihat dari kaca mata 3 dimensi. Lalu Veda juga mengenal istilah Bhu-mandala. Pendekatan Bhu-mandala ini memandang Bumi sebagai suatu dunia datar yang luas seperti cakram dengan diameter 500 juta Yojana atau sekitar 6.436 Juta km. Pandangan Bumi ini datar tentu saja memiliki maksud tersendiri, yaitu untuk memudahkan perhitungan praktis dalam sistem jyotisastra. Veda lebih lanjut menjelaskan bahwa Bhu-gola dan Bhu-mandala memiliki hubungan. Bumi sebagai Bhu-gola dipandang sebagai bagian tengah Bhu-mandala dan oleh Veda disebut Jambu-dvipa. Di tengah-tengah Jambu-dvipa dikatakan berdiri tegak gunung Semeru yang seolah-olah seperti pasaknya. Sedangkan Bhu-mandala itu sendiri terdiri dari 7 dvipa, yaitu: a) Jambu-dvipa, b) Plaksa-dvipa, c) Salmali-dvipa, d) Kusa-dvipa, e) Kraunca-dvipa, f) Saka-dvipa dan g) Puskara-dvipa. Setiap dvipa dikelilingi oleh samudra yang berbeda-beda yaitu a) samudra air asin mengelilingi Jambu-dvipa, b) samudra air tebu mengelilingi Plaksa-dvipa, c) Samudra air miras mengelilingi Salmali-dvipa, d) samudra minyak samin mengelilingi Kusa-dvipa, e) Samudra air susu mengelilingi Kraunca-dvipa, f) samudra yogurt mengelilingi Saka-dvipa dan g) samudra air gula mengelilingi Puskara-dvipa. Dan setiap dvipa dikatakan mengelilingi dvipa sebelumnya.

Sisya: Bagaimana hubungan 14 susunan planet ini dengan Tri Loka atau Tri Buana, Guru?

Guru: Pertamana, Tri Bhuvana berarti: Bhu-loka dan semua planet-planet Bila-Svarga adalah dunia bawah, Bhuvar-loka adalah dunia tengah. Dan Svarga-loka beserta seluruh susunan planet di atasnya adalah dunia atas. Ini terkait dengan gayatri mantram yang kita ucapkan setiap hari yang berbunyi;”Om bhur bhuvah svah tat savitur…. Dst.” Gayatri Mantra ini mengarahkan kita agar kita mampu melampaui ketiga susunan alam ini dan mencapai pembebasan. Kedua, Tri Loka berarti: seluruh planet Bila-Svarga adalah dunia bawah. Bhu-loka atau Bumi adalah dunia tengah dan Bhuvar-loka beserta seluruh susunan planet Divya-svarga yang berada di atasnya adalah dunia atas.

Sisya: Mengapa Veda harus membaginya menjadi tiga bagian Guru? Kenapa bukan dua bagian saja?

Guru: Hal ini berkaitan dengan tirai maya Tri Guna, tiga sifat alam material yang menyelimuti seluruh alam material. Dikatakan bahwa dunia atas di dominasi oleh sifat alam sattvam. Dunia tengah didominasi oleh sifat alam rajas, dan dunia bawah didominasi oleh sifat alam tamas. Coba perhatikan Bhagavad Gita sloka 14.18.

Sisya: Kalau memang susunan alam bawah didominasi oleh sifat alam tamas, apakah penduduknya, yaitu para Danava, Daitya dan Naga adalah mahluk-mahluk bodoh?

Guru: Tidak, tamas memang secara umum diidentifikasikan sebagai kegelapan atau kebodohan. Kebodohan disini artinya dia tidak menyadari kebenaran spiritual bahwa dirinya adalah sebagai jiva rohani abadi. Mereka secara bodoh menganggap dirinya adalah badan jasmani ini. Sehingga implikasinya mereka hanya sibuk dalam kegiatan memuaskan indriya jasmani. Mereka bukan bodoh dalam arti tidak bisa baca-tulis atau teknologi. Para Daitya dan Danava yang hidup di Bila-svarga secara material amatlah cerdas dan maju. Sehingga dikatakan kehidupan mereka secara material jauh lebih mewah dari pada kehidupan penduduk Divya-svarga.

Sisya: Kembali kemasalah Bumi, Guru. Saya merasa takjub mendengarkan bahwa di Bhu-mandala atau Bumi ini terbagi menjadi banyak Varsa dan terdapat berbagai jenis samudra selain samudra air asin yang kita lihat saat ini. Tapi bagaimana saya bisa mempercayai semua ini sementara fakta mengatakan sampai saat ini Bumi hanya dilingkupi samudra air asin. Belum pernah ekspedisi yang membenarkan keberadaan samudra yogurt, air tebu dan sebagainya yang telah Guru jelaskan sebelumnya.

Guru: Manusia jaman sekarang sulit mempercayai karena sebagian besar dari kita hanya mengerti Bumi hanya sebagai Bhu-gola, planet kecil sebagaimana yang diteorikan oleh para sarjana modern. Saat ini sebagian dari kita juga hanya bisa melihat dunia secara tiga dimensi. Sementara itu Veda menjelaskan bahwa alam ini multi dimensi, artinya ada wilayah-wilayah Bumi yang keberadaannya diluar dimensi kita sehingga tidak terjangkau oleh penglihatan indrya-indrya kita yang terbatas. Dari Veda kita mendapat menjelasan bahwa pada masa pemerintahan Maharaja Yudistira, orang-orang Bharata-varsa memiliki akses ke seluruh varsa yang lain yang ada di jambu-dvipa. Artinya mereka bisa berhubungan dengan penduduk semua varsa, mengunjungi samudra berair tebu, melihat dan menikmati taman-taman dan pohon serta panorama di sekelilingnya. Dan jauh sebelum itu, pada masa pemerintahan Maharaj Druva, orang-orang memiliki akses keseluruh wilayah Bhu-mandala. Artinya, mereka bisa berhubungan dengan penduduk yang tinggal di dvipa Bhu-mandala dan melihat samudra susu, samudra miras dan sebagainya beserta pemandangan alamnya yang indah dan menakjubkan.

Sisya: Apakah ini berarti bahwa realita kehidupan sehingga dapat menembus dimensi lain dari Bumi ini pada masa Dvapara, Treta dan Satya Yuga lebih tinggi dari kehidupan penduduk Kali Yuga?

Guru: Ya, sebab pada masa Kali Yuga, sifat alam tamas begitu tebal menyelimuti kehidupan manusia sehingga praktis kemampuan indriya-indriya jasmaninya dalam memahami realitas menjadi amat terbatas. Akibatnya, pengetahuan manusia Kali Yuga tentang alam dunia menjadi terbatas. Adapun teknologi yang dikembangkan hanya terbatas pada jenis paling kasar. Orang-orang Kali Yuga juga sangat jarang yang mampu mengakses dan pergi ke varsa-varsa yang lain di Jambu Dvipa selain Bharata Varsa ini.

Sisya: Apa ada kasus nyata yang menunjukkan adanya dimensi lain selain dimensi yang kita kenal sekarang ini Guru?

Guru: Tentu ada sangat banyak kasus. Seperti misalnya kasus seorang anak yang secara tidak sengaja menghilang dan dianggap sudah meninggal oleh keluarganya, tetapi tiba-tiba setelah sekian tahun berlalu muncul kembali. Kasus seseorang masuk ke suatu hutan, sungai atau suatu tempat asing secara tidak sengaja menjumpai pemandangan lain juga amat banyak terjadi. Di tempat yang di alam kita faktanya adalah pohon besar, oleh orang bersangkutan dilihat seperti sebuah istana megah dengan berbagai macam kehidupannya yang mempesona. Sering kali juga ada pengakuan bahwa orang yang masuk ke alam lain ini baru berada di sana 1 hari, tetapi di alam kita, dia sudah menghilang selama 3 hari. Begitulah di dimensi yang berbeda tersebut terdapat keberadaan ruang dan waktu yang berbeda dengan ruang dan waktu tempat tinggal kita ini. Para Rsi, Yogin dan penekun spiritual serta metafisika umumnya bisa melihat, merasakan dan bahkan keluar masuk ke dimensi lain tersebut. Mereka dapat melakukan hal ini karena mereka memiliki siddhi atau kesempurnaan mistik alamiah yang didapat baik dari kelahiran maupun pertapaan.

Sisya: Saya masih bingung dengan keberadaan multi dimensi ini Guru. Jika memang di bumi ini saja multi dimensi, lalu bagaimana menjelaskan ke-14 susunan planet yang lain?

Guru: Anakku, saya pun bingung dan sama sekali tidak mampu menjelaskannya secara detail kecuali menerima penjelasan Veda. Yogi mulia seperti Sri Sukadeva Gosvami sendiri menjelaskan kepada Maharaja Parikesit dalam Bhagavata Purana Skanda 5 bahwa tenaga material Tuhan Yang Maha Esa (yang berwujud prakrti ini) tidak ada batasnya. Alam semesta material ini adalah transformasi sifat-sifat alam fana (tri guna). Dan tidak ada orang di dunia ini yang mampu menjelaskannya secara sempurna meskipun usianya sepanjang usia Brahma (Bhagavata Purana 5.16.4). Karena itu, bilamana kosmologi Veda terdengar ditelinga kita seperti dongeng karena kita menganggapnya tidak rasional, tidak logis dan tidak realistis, itu semua semata-mata karena kita tidak mampu memahaminya.

Sisya: Lalu bagaimana dengan prakrti yang menyusun badan ini Guru?

Guru: Sama halnya dengan alam semesta atau yang kita sebut sebagai makro kosmos, badan kita atau mikro kosmos juga tersusun atas prakrti yang sama, yaitu 5 unsur kasar (panca maha bhuta), 3 unsur halus (ego, pikiran dan kecerdasan), 5 indriya persepsi (telinga, hidung, mata, lidah dan kulit), 5 obyek indriya (suara, wujud, aroma, rasa, dan sentuhan) dan 5 indriya pekerja (tangan, kaki, mulut, anus dan kemaluan). Ketiga unsur material halus membentuk badan halus yang tidak kasat mata. Sedangkan kelima unsur material kasar membentuk badan material kasar yang tampak ini. Sementara itu seluruh indriya persepsi, obyek indriya dan indriya pekerja ada dalam pikiran dalam wujud nan halus. Badan halus terdapat di dalam badan kasar. Kondisi badan halus menentukan wujud atau keadaan badan kasar. Pada saat kematian, badan kasar tergeletak sebagai mayat dan segera hancur, tetapi sang mahluk hidup sebagai jiva yang mengenakan badan halusnya pindah ke badan kasar yang baru sesuai dengan karma yang diperbuat sebelumnya.

Sisya: Faktanya, kehidupan di dunia ini sangat beranekaragam. Adakah penjelasan Veda mengenai keanekaragamaan ini Guru?

Guru: Tentu, Veda (Padma Purana) menjelaskan bahwa di alam material ini terdapat 8.400.000 jenis badan jasmani atau kehidupan. Rinciannya, terdapat 400.000 jenis kehidupan humanoid, 3.000.000 jenis binatang dan reptil, 1000.000 jenis burung, 1.100.000 jenis serangga, 2.000.000 jenis pohon dan tanaman, dan 900.000 jenis kehidupan akuatik. Tentu saja pembagian jenis ini tidak sama dengan taksonomi dan nomenklatur binatang dan tumbuhan menurut ilmu pengetahuan modern yang kita kenal saat ini. Veda memiliki parameter pengklasifikasiannya sendiri yang tidak hanya memperhatikan faktor anatomi, tetapi juga level spiritual dan dalam kaitannya dengan ikatan tri guna.

Sisya: Lalu bagaimana hubungan berbagai jenis badan ini dengan keberadaan sang jiva Guru?

Guru: Badan jasmani mahluk hidup ini diibaratkan seperti pakaian bagi sang jiva untuk hidup dan berinteraksi dengan alam material (perhatikan Bhagavad Gita 2.22). Jadi sesungguhnya sang jiva tidak punya hubungan apapun dengan badan jasmani ini seperti halnya pakaian yang tidak punya hubungan apapun dengan badan seseorang. Jika pakaian rusak, badan tidak ikut mengalami kerusaan. Badan bisa saja mencari dan mendapatkan pakaian yang baru. Badan jasmani ini juga dapat diibaratkan sebagai kendaraan bagi sang jiva (Bhagavad Gita 18.61). Jadi badan jasmani berfungsi sebagai sarana bagi sang jiva untuk menikmati alam material. Seperti halnya pakaian, kendaraan ini pun tidak punya hubungan apapun dengan sang jiva. Sebab jika kendaraan rusak, sang jiva dapat pindah ke kendaraan yang lain. Katha Upanisad 1.3.3-4 lebih lanjut menerangkan analogi badan jasmani ini sebagai kereta dan sang jiva sebagai penumpangnya. Kecerdasan (Buddhi) diibaratkan sebagai kusirnya. Pikiran atau manah diibaratkan sebagai tali-temali kendali. Dan indriya-indriya persepsi diibaratkan sebagai kuda-kudanya. Jika sang Jiva sebagai penumpang mampu mengarahkan si kusir, Buddhi dengan tali temali pikirannya sesuai dengan petunjuk Veda, maka kuda-kuda indriya akan menarik kereta pada jalur yang benar dan selamat sampai tujuan, yaitu dunia rohani. Namun jika tidak mampu, maka kereta dengan sang jiva di dalamnya akan berputar-putar tersesat dalam lingkaran samsara dunia fana.

Sisya: Jika memang badan jasmani ini tidak punya hubungan apapun dengan sang jiva, lalu bagaimana saya bisa merasakan sakit, penderitaan dan kebahagiaan?

Guru: Sri Krishna berkata: “Karya karana kartrtve hetur prakrtir ucyate purusah sukha-dhukanam bhoktrtve hetur ucyate, badan jasmani adalah sebab terjadinya berbagai macam kegiatan fisik beserta akibat-akibatnya. Sedangkan sang jiva tinggal merasakan suka dan dukanya saja (Bhagavad Gita 13.21). Begitulah kita merasakan kesakitan karena badan kita luka. Atau bahagia karena merasakan susuatu yang menyenangkan. Semua ini adalah fakta bahwa kita sebagai sang jiva rohani abadi ada di dalam badan. Tetapi saat sang jiva tidak lagi ada di dalam badan, maka badan itu tidak akan mampu merespon apapun. Badan itu tidak akan bisa merasakan panas, dingin, suka dan duka sebab badan tersebut sudah menjadi seonggok mayat.

Sisya: Berkenaan dengan 400.000 jenis kehidupan humaoid tadi, apa sebenarnya yang dimaksud Guru? Apakah 400.000 jenis manusia di Bumi atau ada yang lain?

Guru: Manusia di Bumi hanya salah satu atau beberapa jenisnya saja. Disamping itu ada jenis kehidupan humanoid yang lain seperti Aditya, Gandharva, Apsara, Siddha, Vidyadhara, Sadhya, Pitri, Daitya, Danava, Kaleya, Pisaca, Yaksa, Raksasa, Preta, Ghana, Rishi, Kimpurusa, Vanara, Vahluka, beraneka macam bhuta dan lain sebagainya. Secara umum yang membedakan manusia dengan berbagai jenis mahluk humanoid sebagaimana telah disebutkan tadi adalah mengenai siddhi. Manusia secara alamiah miskin siddhi. Sedangkan badan humanoid lainnya itu umumnya kaya siddhi. Karena itu mereka mampu melakukan hal-hal ajaib yang tidak mampu dilakukan manusia. Misalnya Raksasa mampu berubah wujud, memperbesar dan memperkecil diri, menghilang, menciptakan kahyalan dan terbang melayang.

Sisya: Lalu apakah ada kelebihan yang dimiliki manusia dibandingkan jenis-jenis humanoid yang lain Guru?

Guru: Tentu ada. Dengan badan manusia yang berusia pendek dan miskin siddhi dan berjuang keras agar bisa bertahan hidup di dunia yang penuh derita ini, mendorong manusia lebih cepat dan mudah insaf akan dirinya. Dengan keinsyafan diri, seseorang mulai menekuni hal spiritual pelayanan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna untuk kembali pulang ke tempat asal di dunia rohani, Vaikuntha-loka. Dikatakan; “Nrjanma akhilam deham adyam sulabham sudurlabham, jamani manusia adalah kehidupan terbaik dari semua jenis kehidupan di dunia fana (Bhagavata Purana 5.13.21). Nrdeham adyam sulabham sudurlabham, jasmani manusia adalah yang terbaik dari semua jenis jasmani dan amat sulit diperoleh (Bhagavata Purana 11.20.17). Karena itu dikatakan lebih lanjut, “janmamara parthyam manusyam, para dewa (sura) berdoa agar bisa lahir di Bumi sebagai manusia (Bhagavata Purana 11.23.22). Dikatakan demikian karena hanya dengan jasmani manusia sang jiva bisa dengan mudah dan cepat mencapai mukti, yakni mengakhiri kehidupan material yang menyengsarakan dengan melakukan pelayanan bhakti kepada Sri Krishna dan kembali ke alam spiritual yang sat cit ananda.

Sisya: Sebelumnya anda sudah menjelaskan bahwa para dewa yang tinggal di planet Divya-svarga didominasi oleh sifat alam sattvam. Sedangkan manusia yang tinggal di Bumi didominasi oleh sifat alam rajas. Lalu kenapa para dewa yang sudah bersifat sattvam malah ingin lahir dalam sifat rajas?

Guru: Hal ini karena kehidupan di Divya-svarga sangat menyenangkan secara material. Mereka dibuai dengan berbagai objek pemuas indriya yang melimpah dan memabukkan untuk menikmatinya. Dengan berbagai macam siddhi yang dimiliki, para dewa bisa menikmati alam material ini dengan jauh lebih baik. Karena itu pula, kesempatan dan keinginan untuk dapat melakukan pelayanan bhakti dan mengingat Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna menjadi sangat sedikit dibanding dengan waktu yang digunakan untuk kenikmatan indriya. Sehingga otomatis sulit bagi mereka insyaf kepada Tuhan. Akan tetapi nilai lebih hidup sebagai Manusia di Bumi ini pada Kali Yuga ini tidak disadari oleh manusia pada umumnya. Manusia lebih banyak sibuk dengan kehidupan material demi mengejar kepuasan sesaat. Hal ini terjadi karena pertama, secara alamiah manusia didominasi sifat alam rajas (nafsu) sehingga cenderung sibuk dalam kegiatan memuaskan indriya. Kedua, pada Kali Yuga ini, penduduk Bumi secara tebal diliputi oleh sifat alam tamas (kegelapan). Sat kaler tamasa smrtah, ketika sifat alam tamas dominan menyelimuti kesadaran penduduk, maka masa itu disebut Kali Yuga (Bhagavata Purana 12.3.30). Ciri utama sifat alam tamas adalah adharmam dharmam iti ya, yang adharma (salah) dianggap dharma (benar) dan sebaliknya. Dan semua kegiatan mengarah ke jalur sesat (Bhagavad Gita 18.32). Begitulah kegiatan material memuaskan indriya badan jasmani dengan beranekaragam cara dianggap benar. Sebaliknya, kegiatan spiritual luhur nan mulia melakukan pertapaan dengan pengendalian indriya jasmani sebagai pondasi pendekatan diri kepada Tuhan dianggap keliru.

Sisya: Kalau memang badan manusia pada jaman Kali didominasi oleh sifat alam tamas dan rajas, apakah masih berlaku anggapan bahwa kelahiran sebagai manusia memiliki nilai lebih dari pada mahluk humanoid lainnya?

Guru: Tentu saja. Dikatakan “Rajah karmani bharata, sifat alam rajas menyebabkan orang bekerja keras” (Bhagavad Gita 14.9). Dan “rajasas tu phalam dhukam, sifat alam rajas menyebabkan orang sengsara” (Bhagavad Gita 14.16). Sedangkan sifat alam tamas sebagaimana telah dijelaskan di atas menyebabkan orang sesat dan mengakibatkan penderitaan. Jadi kesengsaraan dan penderitaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang terbatas dan sulit diperoleh di Bumi, usia pendek dan ketakutan pada kematian yang diawali oleh usia tua, plus beragam penyakit, menyebabkan manusia lebih mudah insaf dan terdorong menekuni kehidupan spiritual. Disamping itu, pada jaman Kali, proses keinsyafan diri telah secara khusus dipermudah oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui praktek Bhakti yaitu melalui Hari Nama Sankirtana. Hanya dengan mengumandangkan nama-nama suci Tuhan Sri Hari melalui Maha mantra “Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare”, sesorang dijamin akan cepat mencapai moksa dengan pulang ke dunia Rohani Vaikunthaloka. Karena itu, bersyukurlah tetap lahir sebagai Manusia meski manusia yang paling remeh dan cacat sekalipun.

No comments:

Post a Comment