Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Rama Bridge, Dibangun Kera?


Berita Mahabharata.                                 Instant Pay For You
Diduga Sudah Berusia Dua Juta Tahun
Rama Bridge, Dibangun Kera?

JEMBATAN yang satu ini, memang cukup unik. Berbeda dengan jembatan-jembatan lain di dunia, keberadaannya tidak di darat tapi di bawah air laut. Keberadaan jembatan ini baru akan nyata bila air laut sedang surut, khususnya tatkala bulan sedang tidak bersinar. Saat bulan tidak bersinar air laut akan surut, dan jembatan bisa dilihat dengan mata telanjang. Tapi bila sedang bulan purnama penuh, air akan meninggi dan gelombang laut jadi besar sehingga jembatan sulit dilihat.

Konstruksinya akan tampak lebih nyata bila kita lihat dari udara. Jembatan yang panjangnya 18 mil atau sekitar 30 km dengan lebar hampir 100 m tampak meliuk seperti seekor ular. Badan Arkeologi Sri Lanka banyak menerima gambar gambar hasil pemotretan dari satelit, khususnya yang dijepret oleh NASA (badan antariksa Amerika Serikat) menunjukkan liku-liku konstruksi jembatan, yang terdiri dari tumpukkan batu karang berbentuk balok ataupun tak beraturan. Namun satu sama lain berdiri kokoh seperti dalam satu ikatan, yang tidak ada tanda-tanda bekas kerusakan selama jutaan tahun.

Sampai sekarang para ahli arkeologi Sri Langka, tidak mengetahui berapa bobot tumpukan-tumpukan konstruksi batu itu. Hubungan antara batu karang yang satu dengan yang lain sulit dibongkar, presis seperti ikatan batuan di pyramid Mesir atau Tembok Cina. Kendati belum diketahui bobot timbangnya, namun ditaksir tidak kurang antara 10 ton s.d. 20 ton setiap baloknya.

Kendati jembatan ini diperkirakan sudah berdiri berabad-abad lalu, namun perhatian masyarakat dunia belum terfokus pada jembatan ini, karena masih dianggap sebagai tumpukan karang biasa. Masyarakat Srilangka dan India, yang beragama Hindu menganggap jembatan ini sebagai tempat suci dan sakral karena dibangun oleh Raja Sri Rama, ketika akan menyeberangi Alengka Dirja (sekarang Sri Langka), kerajaan Rahwana yang telah menyekap istrinya Dewi Sinta.

Dibantu Panglima Kera Hanuman, dan jutaan pasukan kera dari Raja Sugriwa Sri Rama mengurug lautan dengan batu karang dan membangun jembatan selama bertahun tahun. Ahirnya tugas mulia yang dibebankan kepada Hanuman itu selesai, dan Pasukan Rama berhasil mentakluklan kerajaan Alengka serta merebut Dewi Sinta. Epik kisah Ramayana ini, di Indonesia. dimasukkan dalam kalender pariwisata nasional. Setiap purnama, saat cahaya bulan memancarkan cahaya penuh, di kompleks Candi Prambanan Yogyakarta dipentaskan sebuah sendra tari kisah Ramayana,

Semua kisah tentang perjalanan hidup manusia kera dan Rama,jalinan ceritanya terangkum dalam kitab suci Ramayana yang ditulis pendeta Walmiki. Untuk mengenang jasa kepahlawanan Hanuman dalam membangun jembatan raksasa ini, sekarang di dekat pantai jalan masuk ke Rama Bridge tersebut, didirikan kuil Hanuman dengan patung seekor kera yang gagah. Masyarakat umat Hindu setempat, dalam setiap hari libur atau hari hari suci banyak yang datang untuk berdoa mengenang kepahlawanan kera setengah dewa tsb.

Dirjen Archeologis Srilangka, SV.Deraniyagala, mengungkapkan perhatian dunia terhadap Rama Bridge tahun 2009 berkembang lebih serius. Hal ini terlihat setelah pemerintahnya dengan bantuan PBB (Unicef) memberikan bantuan berupa tenaga ahli dan dana, untuk meneliti keberadaan jembatannya lebih mendalam. Unicef mempertimbangkan penelitian Rama Bridge ini sebagai mahakarya "poerba ", yang tiada duanya di dunia yang masih dapat dinikmati oleh masyarakat.

PBB memasukkannya ke dalam kelompok penelitian khusus, yang harus diteliti lebih mendetail sebagai salah satu maha karya dunia yang masih ada. Sejak awal Januari tahun ini,badan PBB Unicef telah mengucurkan dana tidak kurang dari 100 juta dolar Amerika untuk melanjutkan penelitian lebih mendalam karya misterius ini.

Data terahir hasil penelitian para ahli badan dunia ,mengungkap soal umur dan penggunaan jembatan yang kini berada di bawah laut tsb. Penggunaan "uji carbon". dalam penelitian tsb, hanya mampu mengungkap usia hingga 5.000 tahun. Namun untuk mengungkap lebih jauh usia dari karya dunia ini, para ahli Badan PBB ini menggunakan "Uranium Radio Isotop".Ternyata dari hasil uji radio isotop itu cukup mengagumkan. Para ahli berhasil mengungkap usia jembatan Rama Bridge, mendekati usia hingga jutaan tahun.

Menurut DR.Vijaya Laksmi, profesor arkeologi dari Bharataduth University Colombo, dari hasil uji karbon sebelumnya terungkap usia Rama Bridge ini sekitar 3.500 - 4.000 tahun. Namun dengan metodologi yang baru, terungkap bahwa usia obyek penelitian ini berkisar antara 1.750.000 - 2.000.000 tahun. Diungkapkan lebih jauh, bahwa berdasarkan cakram waktu Hindu pembangunan jembatan Sri Rama ini berada pada kisaran waktu masa Sathya yaitu sekitar 1.728.000 tahun. Sementara masa waktu lainnya yaitu masa Tredha 1.296.000 tahun, masa Kali 4.320.000 tahun dan masa Dwapara 8.640.000 tahun yang lalu.

Pada tahap awal ini, pusat perhatian penelitian tertuju pada aspek-aspek yang lebih luas. Pertam, menelusuri aspek arkeologis, sambil menelusuri berapa tahun usia jembatan batu karang itu. Diduga kuat usianya lebih tua dari pyramid-pyramid Mesir, yang dibangun Fir`aun. Aspek kedua adalah, meneliti perkembangan antropologis, jutaan tahun silam dan perkembangan kebudayaannya Mengungkap dua tabir ini, secara gamblang akan mengungkap lebih jauh seluruh aspek yang secara baku sudah ada sebelumnya. Secara lebih luas aspek tsb, kini menjadi bahan dasar acuan komprehensif, penelitian-penelitian para ahli dari berbagai didiplin ilmu.

Dari segi arkeologis, para peneliti mencari tahu siapa sebenarnya arsitek yang membangun jembatan tsb. Sebab dengan teknologi sekarang, pembangunan itu masih belum terjangkau akal. Tak terbayangkan bagaimana orang-orang dahulu membangun sebuah jembatan yang kokoh sepanjang 18 mil atau 30 km di atas permukaan laut yang cukup ganas ombaknya. Batuan karang yang rata-rata beratnya antara 10 -20 ton tersusun rapi, dan cukup kokoh menahan gelombang laut yang ganas selama berabad-abad. Gambaran pembangunan itu, terekam dalam kitab suci umat hindu ribuan tahun l alu secara rinci oleh Walmiki.

Dalam kitab itu, Walmiki mengungkapkan Sri Rama membutuhkan bantuan jutaan ekor kera untuk mengangkut batu dan mengurug lautan. Bila melihat postur kera seperti sekarang, agak sulit diterima akal bila mahluk itu mampu berkolaborasi dengan manusia yang nota bene jumlahnya saat itu masih terbatas. Bantuan pasukan kera itu datang dari Sugriwa, raja kera yang tengah berseteru dengan saudaranya Subali. Setelah ada kesepakatan, Sri Rama membantu merebut tahta Sugriwa, dari Subali. Setelah berhasil, bangsa kera membantu Rama membangun jembatan penyebrangan dari Rameswaram (India) ke Sri langka.

Yang menjadi bahan pertanyaan para ahli antropologi Srilangka dan Unicef adalah, benarkah sosok raja Sri Rama yang brilian itu pernah lahir di muka bumi, dan membuat sebuah karya yang spektakuler? Kalau pernah ada, dari bangsa mana dan pada masa apa kehadirannya. Karena dalam kitab suci itu diungkapkan, bahwa Rama dibantu jutaan kera membangun jembatan penyebrangan ke Alengka.

Dari hasil penelitian lanjutan terungkap, yang pasti Sri Rama bukan dari ras Homo Sapiens (bangsa kera), tapi diduga kuat dari peralihan homo Sapeinsis ke Australiensis. Ras ini memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi, yang mampu membuat sebuah mahakarya dunia yang tahan oleh hempasan waktu, gelombang laut yang cukup ganas, selama beribu ribu tahun.

Menurut Deraniyagala, pengarang buku "The Early Man and The Rise of Civilization in Srilangka", dari sejumlah bukti yang ada, baik berupa artefak dan peralatan hidup lainnya, sejak dua juta tahun yl di Srilangka memang telah ada komunitas kehidupan yang aktif. Salah satu buktinya adalah, penemuan kerangka manusia raksasa yang diperkirakan hidup di periode zaman Satya (Satya Yuga). Memiliki postur tubuh jangkung dengan ketinggian sekitar 60 hasta atau setinggi pohon kelapa.

Di kaki Gunung Himalaya. India pun, konon sudah memiliki kehidupan sekelompok masyarakat yang sudah rapih struktur kehidupannya. Peradaban moderen di Srilangka, mobilitas migrasinya menggunakan jembatan Rama Bridge ketimbang menggunakan jalur laut yang ombaknya ganas. Selama ribuan tahun, mereka bermigrasi ke seluruh daratan Asia terus sampai ke Timur jauh, sebelum kemudian jembatan itu ditenggelamkan oleh air laut akibat mencairnya es di Kutub Utara .

Dedi Riskomar, wartawan Senior, dan menjadi member of IFAJ (International Federation of Agricultural Journalist) yang berpusat di Norwegia.

2 comments: