Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Singa Ambara Raja, Landmark Kota Singaraja

Tugu Singa Ambara Raja, landmark Kota Singaraja, bukanlah patung yang telah ada semenjak zaman kerajaan, akan tetapi baru hari Minggu, 5 September 1971 diresmikannya. Wujudnya adalah Singa bersayap. Berdiri tegak di depan Kantor Bupati Buleleng, menghadap arah pantai Utara Buleleng. Peresmiannya ditandai dengan upacara mlaspas, pada bulan terang ke tiga (purnamaning sasih katiga).

Hartawan Mataram, Bupati Buleleng kala itu, pada tanggal 16 Pebruari 1968 membentuk panitia untuk mengali dan meneliti sejarah lahirnya Kota Singaraja, hasil kajian itu salah satunya diimplementasikan dalam pembuatan sebuah monumen sebagai lambang Daerah.

Tim kajian sejarah, dengan Ketua Hartawan Mataram bersama Ketua Harian Made Gelgel serta penulis Sudjadi dan juga Ketut Ginarsa, sepakat untuk merumuskan tahun berdirinya Kota Singaraja, beserta lambangnya disesuaikan dengan karakter, sejarah dan tipologi buleleng yang cenderung keras, kreatiaf, inovatif, religius, cerdas dan berbudaya. Dirumuskan sebuah lambang yang kini diwarisi oleh masyarakat Buleleng berupa Singa Bersayap yang menyimbolkan semangat pendiri Kota Singaraja.

Setelah Tim Peneliti melakukan tugasnya, Bupati Hartawan Mataram kala itu langsung membentuk Panitia Perencana Pembangunan Lambang Kota Singaraja yang langsung dipimpin sendiri dengan Ketua Harian Gede Putu Rijasa, Wakil Ketua Nyoman Oka Api dan Sekretaris Putu Kasta, sedangkan sebagai pelaksana pembangunan di tunjuk Rokhim B.A.E, seorang seniman Subroto dibantu oleh undagi Made Rudita.

Dengan berbagai pertimbangan dan lokasi yang strategis, terlebih lagi di depan Kantor Bupati Buleleng, Pembangunan Tugu Singa Ambara Raja akhirnya dilakukan di persimpangan Jalan Veteran, Jalan Pahlawan dan Jalan Ngurah Rai Singaraja yang masuk dalam wilayah Kelurahan Banjar Tegal dengan menghadap ke utara.

Rangkaian Tugu Singa Ambara Raja secara nasional memiliki simbolis, dimana bangunan tugu atau yupa berbentuk segi lima melambangkan falsafah negara Pancasila, singa bersayap dengan tujuh belas helai melambangkan tanggal atau hari proklamasi, jagung gembal delapan helai melambangkan bulan yang ke delapan atau Agustus dan butir-butir jagung gembal berjumlah empat puluh lima butir melambangkan tahun proklamasi 45, sehingga diartikan Tugu Singa Ambara Raja sebagai jiwa proklamasi tujuh belas Agustus seribu sembilan ratus empat puluh lima yang berdasarkan Pancasila.

Sementara, secara kedaerahan, Yupa atau padmasana segi lima melambangkan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila, arca singa bersayap sebagai lambang daerah kabupaten Buleleng yang terbentang dari timur ke barat. Buleleng atau jagung gembal yang dipegang tangan-tangan singa sebagai lambang nama daerah yakni Buleleng yang dipegang oleh kota Singaraja.

Motto Singa Ambara Raja melambangkan kelincahan dan semangat kepahlawanan rakyat Buleleng. Sembilan helai kelopak bunga teratai melambangkan 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Tiga ekor gajah mina melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kepandaian masyarakat Buleleng. Tiga buah permata yang memancar berkilau melambangkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan rakyat Buleleng. Sedangkan jumlah bulu sayap yang besar dan kecil tiga puluh helai yaitu sayap jajaran pertama berjumlah lima helai, sayap jajaran kedua berjumlah 7 helai, sayap jajaran ktiga berjumlah 8 helai, serta sayap keempat berjumlah sepuluh helai melambangkan tanggal lahirnya kota Singaraja. Tiga buah tulang pemegang bulu sayap melambangkan bulan yang ketiga atau Maret yaitu bulan lahirnya kota Singaraja. Rambut, bulu gembal, dan bulu ekor singa yang panjang jumlahnya 1.604 helai, melambangkan tahun lahirnya Kota Singaraja.

Pada pertengahan tahun 1971, sekitar tiga tahun semenjak proses awal, Tugu Singa Ambara Raja telah rampung sehingga tepat Hari Minggu, 5 September 1971, Monumen Singa Ambara Raja diplaspas dan diresmikan oleh Bupati Buleleng Hartawan Mataram kala itu dan hingga kini berdiri sebagai kebanggaan warga Buleleng. (dikutip dari berbagai sumber dan sumber lisan saksi sejarah) oleh Sugi Lanus

No comments:

Post a Comment