Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Aplikasi Tri Hita Karana

Filsafat Mahabharata. Tri Hita Karana sebagai konsep etika Hindu diartikan sebagai tiga bentuk atau tiga wujud hubungan yang harmonis dan seimbang, saling melengkapi, saling membutuhkan, saling memberi, saling menerima serta saling merangkul dalam satu kesatuan kesemestaan yang secara lebih spesifik tertuang dalam aplikasi hubungan antara Parahyangan, Palemahan dan Pawongan.

Demi tercapainya kebahagiaan dan rasa cinta kasih sesama mahluk dan alam, maka manusia secara fisik dan spiritual yang hidup di alam kesemestaan tidak bisa lepas dari dimensi keterikatan dan timbal balik, dimana komponen alam dan Sang Pencipta sebagai Sang Maha Utama sebagai satu ikatan siklus dalam evolusi semesta.

Manusia Hindu sebagai salah satu mahluk penghuni bumi menyadari akan hal itu yang terwujud dalam refleksi ajaran dharma.

Tri Hita Karana terdiri dari Parahyangan, Palemahan dan Pawongan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Parahyangan sebagai hubungan antara manusia dengan Brahman/Tuhan. 

Manusia Hindu menyadari bahwa tidak ada manusia dan isi alam semesta, hidup tanpa adanya manivestasi dari percikan Tuhan Brahman sebagai unsur hidup (atman) atau percikan Tuhan Brahman yang mendiami mahluk sebagai sumber kehidupan. Dimana keduanya adalah tunggal (brahman atman aikyam). Menyadari hal tersebut, cahaya kebahagian terhubung ketika cahaya atman bersinar di dalam hati manusia. Terhubungnya cahaya Brahman dan Atman ketika keduanya berada dalam tataran dan tatanan yang seimbang dan harmonis dimunculkan dan terasah oleh ajaran-ajaran suci kebenaran dan dharma (agama yg berbudhi luhur). Ketika hubungan fibrasi ini terhubung maka cahaya kebahagiaan, kasih sayang dan ikatan cinta antara sesama mahluk Tuhan akan terwujud sebagai keindahan, kesucian.dan keabadian (satyam sivam sundaram). Brahman/Tuhan adalah sembah bakti utama dalam puja manusia Hindu, dan penempatan parhyangan/tempat suci selalu di posiisikan di tempat yang paling utama.

Kekejaman, kekerasan, penistaan dan pelecehan terhadap mahluk lain serta tidak mengakui keberadaan mahluk lain adalah merupakan bentuk atman/roh yang tertutup oleh kegelapan, terhalang oleh selimut angkara murka, sehingga tidak mampu melihat dan menyadarai adanya hubungan Tuhan pada mahluk-mahluk lainnya. Kegelapan menimbulkan kebodohan, kebodohan menimbulkan antipati. Kegelapan dan kebodohan mudah tercuci oleh dogma atau doktrin yang menyesatkan.

2. Palemahan sebagai hubungan antara manusia dengan alam semesta. 

Bumi beserta triliunan planet dan galaksi adalah manivestasi dari percikan Tuhan / Brahman sebagai sumber dari segalanya. Material ciptaan Tuhan ini mengisi alam semesta ini sehingga berjalan sesuai dengan hukum-hukum kesemestaan yang telah tertuang secara sistemik. Saling terikat, saling memberi dan saling membutuhkan. Bumi tanpa adanya matahari, tidak akan bisa menciptakan kelangsungan hidup bagi semua mahluk, termasuk planet-planet lain dan begitupun sebaliknya.

Dalam Hindu, setiap planet, benda angkasa, matahari, bulan, bumi, memiliki seorang penguasa dan penghuni yang diaplikasikan dalam wujud dewa dan mahluk halus lainnya sebagai percikan dari Brahman / Tuhan yang wujudnya lebih halus dibandingkan dengan manusia.

Penguasa inilah yang bertanggungjawab bagi kelangsungan planet tersebut. Sama seperti halnya Bumi, setiap pulau memiliki penghuni, setiap benoa memiliki penghuni bahkan terpecah-pecah dalam beberapa negara dan masing masing memiliki penguasa, kepala wilayah, kepala negara.

Bumi sebagai satu ikatan planet tunggal berdiri sendiri, memiliki penguasa tunggal (Dewa/sebagai Tuhan Bumi) yang terpecah oleh dua dimensi yaitu Penguasa Terang dan Penguasa Gelap. Penguasa malam dan penguasa siang. Dualitas, dua penguasa inilah yang menciptakan Rwa Bhinneda yang sering menjadi pergulatan keyakinan manusia bumi.

Ketika ikatan kemanusiaan Bumi terpecah belah inilah sebagai penyebab dari kekeliruan tersebut sebagai akibat pemahaman Tuhan hanya sebatas penguasa bumi tunggal yang berdiri sendiri. Disebabkan oleh adanya interpretasi kitab suci dari penerima wahyu yang salah dan diperparah dengan keinginan sekelompok orang yang ingin memperoleh keuntungan, sanjungan dan ego kekuasaan, pengakuan dan politisasi di bumi.

Manusia Hindu dengan ajaran yang harmonis memahami ini sebagai sebuah ikatan persaudaraan /palemahan atau hubungan manusia dengan alam. Harmonisasi keseimbangan tercipta ketika manusia menyadari ikatan ini sebagai sebuah bentuk kodrati.

Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya bumi, tanah, air, udara, matahari, bulan dan planet-planet lainnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya tumbuhan yang tumbuh di bumi, manusia tidak bisa hidup tanpa mahluk atau binatang lain dan juga mahluk-mahluk lain sebagai pelengkap habitat alam.

Ajaran menghormati dan saling asah asih asuh sesama mahluk ciptaan tertuang dalam konsep tat twam asi (kamu adalah aku dan aku adalah kamu juga) dan jajna sebagai wujud persembahan saling memberi, dalam kontek hubungan kekerabatan

Wujud saling memberi dan penghormatan sebagai sesama mahluk ciptaan tuhan  atau Brahman, dimulai dari semesta ciptaan Tuhan. Pertama sebagai kakak tertua adalah matahari dan planet-planet lainnya. Kakak kedua adalah bumi, tanah, air, udara dll. Sebagai Kakak ketiga adalah tumbuh-tumbuhan. Sebagai kakak ke empat adalah mahluk lainnya, binatang sebagai kakak ke lima, manusia sebagai mahluk utama bumi dan mahluk-mahluk lain yang tampak maupun tidak sebagai adik-adik sesama penghuni alam yang menghuni alam dimensi lain di bumi . mereka semua adalah satu kesatuan sama-sama ciptaan Tuhan yang esa..

Upacara dan upakara persembahan yang tertuju kepada semua itu yang dilakukan oleh manusia Hindu adalah wujud menghormati. Penghormatan, hubungan saudara kakak-beradik dan timbal balik saling memberi... wujud dari menciptakan keseimbangan (saling asah asih asuh) dan harmonisasi hubungan manusia dengan alam dan lingkungan alam semesta.

Dengan menjaga harmonisasi ini, maka kelangsungan dan kelimpahan serta keseimbangan kasih sayang, sinar, cahaya sebagai wujud dari cinta Tuhan dalam refleksi kesemestaan teraplikasi secara indah maka damai dan harmonis akan tercipta dimanapun berada.

Manusia yang tidak mengakui, bahkan men-syirik-kan hubungan kekerabatan dan hubungan persaudaraan ini adalah manusia durhaka, manusia hina yang merampas harmonisasi dan selalu akan menciptakan kekacauan di Bumi sehingga dijauhkan dari rasa aman dan damai.

3. Pawongan sebagai hubungan manusia dengan sesama manusia.

Hubungan seimbang dan harmonis antara manusia dengan sesama manusia yang lain, tanpa sekat dan tanpa batasan fisik tertuang dalam konsep Wasudewa Kutumbakam yang artinya semua manusia adalah saudara.

Pemahaman ini didasarkan karena manusia sama-sama memiliki komponen panca maya kosa dengan Atman sebagai sumber dan unsur dari percikan Brahman / Tuhan sebagai sumber hidup yang sama.

Kesadaran akan hal ini membuat manusia Hindu memiliki rasa berteman, toleransi dan lapang dada yang tinggi karena mereka menyadari bahwa mereka bersumber dari yang satu dan jika kita meyakiti, merendahkan dan menistakan yang lain akan sama halnya dengan menghina Tuhan, karena beliaulah sang penciptanya.

Hanya saja manusia bumi tidak semua memiliki ajaran seperti ini, adanya ajaran diskriminatif penghalang yang menghalangi cahaya Tuhan yang bersemayam dihati setiap mahluk membuat hati manusia menjadi tertutup atau gelap. Kegelapan inilah yang melahirkan kebodohan, kemarahan, angkara murka dan antitoleransi. Penistaan dan perendahan mahluk lain bahkan anti persahabatan yang membuat manusia terjebak pada sekat dan kotak-kotak, Memecah belah kemanusiaan, bahkan menciptakan kekerasan dan terorisme.

No comments:

Post a Comment