Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Bulan Sabit di Kepala Deva Siva

Filsafat Mahabharata. Mengapa ada bulan sabit di kepala dewa Siva? Berikut adalah jawabannya, Dalam Bab VI skanda VI Srimad Bhagavatam disebutkan bahwa Prajapati Daksa menikahkan dua puluh jujuh putrinya dengan Dewa Chandra, penguasa Bulan, kemudian Daksa mengutuk Chandra dengan penyakit parah sehingga membuat Chandra tidak mampu memperoleh anak-anak dari semua istrinya. 

Ceritra berikut diambil dari Brahma-Vaivarta Purana Brahma-khanda 9.49-53


Chandra, mempunyai dua puluh tujuh istri, dari semua istrinya ini, Rohini yang paling cantik dan bergairah sangat disayangi oleh Dewa Chandra. Karena cintanya kepada Rohini, Dewa Chandra melalaikan kewajibannya kepada istri-istrinya yang lain, kemudian para istri-istri Dewa Chandra yang lain tersebut yang juga putri-putri Daksa, mengeluh kepada sang ayah. Karena merasa ditelantarkan putri-putrinya, Daksa menjadi murka, dan mengutuk Chandra. Karena dikutuk, Dewa Chandra menderita penyakit paru-paru. Dari hari ke hari kekuatan dan cahaya Dewa Chandra berkurang. Akhirnya Dewa Chandra minta perlindungan kepada Dewa Siva. Dewa Siva yang penuh kasih melegakan hati Chandra yang menderita sakit paru-paru dan menaruh Bulan di kepala Nya. 

Dengan menumpang di kepala Dewa Siva, Chandra/Bulan menjadi kekal dan bebas dari segala bahaya. 

Tam sivah sekhare krtva cabhavac chandrasekharah, 
Nasti devesu lakesu sivac caharana-pancarah 

Kemudian Dewa Siva dikenal dengan nama Chandrasekhara, sebab beliau menaruh Bulan di kepalanya. Oh para Dewa, tidak ada seorangpun yang lebih berkasih sayang selain Dewa Siva (sloka 59) 

Mengetahui sang suami telah meninggalkan dirinya, putri-putri Daksa itu sedih dan menangis, lalu mereka datang menghadap sang ayah Daksa, putra Dewa Brahma. Putri-putri Daksa berkata, “Oh Ayah, dahulu kami mohon kepadamu agar kami mendapat berkah dari suami, tetapi kini bukan mendapat berkah darinya, melainkan dia telah meninggalkan kami. Oh Ayah,meskipun kami memiliki mata, kami hanya menemukan kegelapan di mana-mana. Sekarang kami sadar bahwa suami adalah mata satu-satunya bagi wanita

Bagi wanita, suami itu sendiri adalah Narayana, ikrar dan agama purba. Wanita yang membenci atau mendengki suami malang dan bajik dan meninggalkannya, akan menderita di neraka jahanam selama matahari dan bulan bersinar di Bumi. Di sana (neraka) serangga-serangga yang bagaikan anjing menggigit dia siang malam. Bila lapar, dia terpaksa makan daging mayat. Dan untuk meniadakan rasa haus dan dahaga, dia terpaksa minum air kencing. 

Selanjutnya dia harus lahir berkali-kali sebagai burung nazar (yang memakan bangkai), terus lahir sebagai babi betina selama seratus tahun, kemudian sebagai binatang buas selama seratus kali kelahiran. Ketika pada akhirnya dia lahir lagi sebagai manusia, dia jadi Janda, pengemis dan terus sakit-sakitan. 

‘”Mohon kembalikan suami kami, Anda adalah putra Dewa Brahma, dan anda cukup perkasa untuk menciptakan sendiri satu alam semesta “ 

Mendengar kata-kata dari semua putrinya itu, Daksa lalu pergi menghadap Dewa Siva, Dewa Siva bangkit dari tempat duduknya, dan sujud menghormati Daksa. Daksa lalu memberkati Dewa Siva, melihat perilaku Dewa Siva yang rendah hati, kemarahan Daksa menjadi hilang; 

Kemudian Daksa berkata, Oh Dewa Siva, mohon kembalikan menantuku yang dicintai oleh putri-putriku yang melebihi nyawanya sendiri. Anda juga adalah menantuku. Jika anda tidak mengembalikan Chandra kepadaku, saya akan ucapkan kutukan keras atas dirimu “. 

Setelah mendengar Daksa bicara, Dewa Siva mengucapkan kata-kata yang terdengar lebih manis dari amrita. Dewa Siva berkata” Anda boleh bakar saya jadi abu, atau ucapkan satu kutukan atas diriku sesuai kehendakmu, tetapi saya tidak bisa mengembalikan Chandra (Bulan) yang telah berlindung kepadaku.” 

Mendengar kata-kata Dewa Siva demikian, Daksa hendak mengucapkan kutukan atas Dewa Siva, Dewa Siva ingat Govinda, pada saat itu pula Sri Krishna muncul disana dalam wujud seorang Brahmana tua. Baik Dewa Siva maupun Daksa sujud kepada Brahmana tersebut dengan penuh hormat. Beliau memberkati mereka berdua dan berkata kepada Dewa Siva

Sri Krishna berkata; “Oh Siva, tidak ada apapun yang lebih disayangi oleh semua mahluk hidup selain dirinya sendiri. Dengan merenungi hal ini, Oh penguasa para Dewa, anda hendaknya selamatkan dirimu dengan memberikan Chandra kepada Daksa. Anda adalah tempat berlindung terbaik, anda tenang, anda adalah Vaisnava yang paling terkemuka dan anda memperlakukan segala makhluk dengan cara yang sama. Anda bebas dari tindak kekerasan dan kemarahan. Daksa adalah putra perkasa Dewa Brahma dan dia berwatak pemarah. Dewa yang mulia mengalah dihadapan yang sedang marah”. 

Dewa Siva tersenyum dan berkata: saya bisa mengorbankan pertapaan saya, kemuliaan saya, semua keberhasilan saya, kekayaan dan bahkan nyawa saya sendiri. Tetapi saya tidak bisa meninggalkan orang yang telah berlindung kepada saya. Dia yang telah mencampakkan seseorang yang telah berlindung kepadanya, akan ditinggalkan oleh Dharma. Oh Tuhanku, anda tahu betul tentang Dharma. Mengapa anda mengucapkan kata-kata yang dipengaruhi khayalan? Anda adalah pencipta dan pelebur segala sesuatu. Orang yang berbhakti kepada Mu tidak takut kepada siapapun

Tuhan yang mengetahui betul perasaan setiap orang, mendengar kata-kata Dewa Siva dengan seksama. Kemudian beliau mengambil setengah bagian Chandra (Bulan) yang sakit dan memberikannya kepada Daksa. Selanjutnya Beliau mengambil setengah bagian Bulan yang sehat dan menaruhnya di kepala Dewa Siva

Melihat Bulan tergerogoti oleh penyakit paru-paru, Daksa kemudian berdoa kepada Sri Krishna. Beliau lalu mengatur bahwa Bulan akan bercahaya penuh selama dua minggu, dan tidak akan bercahaya selama dua minggu berikutnya. Demikianlah, setelah memberkati Dewa Siva dan Daksa, Sri Krishna kembali ketempat tinggal Nya. 

Sumber : Sri Krishna Kathamrta 

No comments:

Post a Comment