Majapahit. Oleh : I Made Sukanti.
Kejadian ini sangat langka dan benar adanya. Dengan adanya kejadian ini dapat menjadikan kita lebih percaya dan lebih menghormati para leluhur atau pendahulu kita yang hebat dan satya wacana,atau kepada alam gaib atau juga kepada ke-Maha Kuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Kejadiannya adalah sebagai berikut :
Pada suatu waktu Ida Dewa mendapatkan wangsit (suara gaib) yang menitahkan beliau untuk mengambil keris panjenengan Ki Patih
Kebo Iwa yang berada di Pantai Selatan, yang pada saat itu disimpan oleh Ratu Kidul, karena keris tersebut telah dibuang oleh Ki Patih Gajah Mada, dengan maksud untuk dapat mengalahkan Ki Patih Kebo Iwa.
Kebo Iwa yang berada di Pantai Selatan, yang pada saat itu disimpan oleh Ratu Kidul, karena keris tersebut telah dibuang oleh Ki Patih Gajah Mada, dengan maksud untuk dapat mengalahkan Ki Patih Kebo Iwa.
Sumpah Palapa Ki Patih Gajah Mada yaitu "Ingin Menyatukan Nusantara". Ki Patih Gajah Mada diturunkan kedunia memang untuk mendapatkan titah untuk mempersatukan Nusantara. Ki Patih Gajah Mada adalah titisan Dewa Wisnu yang terlahir dari rahim seorang ibu yang bernama Patni Nari Ratih, putri seorang Pendeta yang bernama Mpu Wiradharma. Putri Mpu Wiradharma ini telah dipersunting oleh muridnya yang bernama Mpu Suradharma. Setelah menikah, Mpu Suradharma bersama-sama dengan istrinya melakukan perjalanan, sampai di tengah hutan istrinya merasa kehausan, maka disuruhlah suaminya, Mpu Suradharma untuk mencarikan air. Sebelum mencari air, Mpu Suradharma menyuruh istrinya untuk istirahat di dalam sebuah gua. Pada saat sang suami sedang mencari air, tiba-tiba datang Dewa Wisnu ke bumi dengan mengambil wujud mirip seperti Suami Patni Nari Ratih (Mpu Suradharma) yang sedang membawa air untuk minumnya. Patni Nari Ratih tidak sedikitpun menyangka bahwa itu adalah Dewa Wisnu yang sedang mengambil wujud suaminya. Dewa Wisnu kemudian meminta untuk melakukan hubungan badan, seperti layaknya suami-istri. Setelah selesai, karena kelelahan maka tertidurlah Patni Nari Ratih. Ketika Patni Nari Ratih terbangun dari tidurnya, tidak berapa lama kemudian datanglah suaminya (Mpu Suradharma) dengan membawa air minum untuknya. Tentu saja Patni Nari Ratih merasa sangat heran, siapakah yang tadi datang kepadanya? Mimpikah dia? Saking bingungnya, Patni Nari Ratih kemudian menuduh suaminya ini adalah siluman. Sehingga terjadilah pertengkaran mulut diantara keduanya. Pada saat yang genting itu, mendadak petir menggelegar yang diikuti oleh sabda bahwa Dewa Wisnu telah menitipkan benih di dalam rahim istrinya dan menyuruh Mpu Suradharma untuk tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya, sebelum bayi yang dikandung oleh Patni Nari Ratih itu lahir. Dan kelak bayi itu lahir dan diberi nama Gajah Mada. Demikianlah sedikit cerita tentang asal usul Ki Patih Gajah Mada.
Sementara itu, Ki Patih Kebo Iwa adalah keturunan Arya Karang Buncing di Blah Batuh-Gianyar yang lahir dari padipaan disaat sira Arya Karang Buncing memohon keturunan dihadapan Hyang Penguasa Alam Semesta, konon begitu lahir, bayi Ki Patih Kebo Iwa sudah mampu memakan ketupat kelan (6 biji) dan setelah dewasa Ki Kebo Iwa mempunyai tubuh yang sangat besar dan kekar diluar ukuran tubuh orang biasa (+_7 Meter) dan memiliki kesaktian yang telah dimilikinya sejak dari lahir. Kesaktian dan kekuatan yang dimilikinya tidak ada yang menyamainya diseantero jagat. Inilah yang menjadikan Maha Patih Gajah Mada memutar otak untuk mengatur siasat, bagaimana caranya memisahkan Ki Kebo Iwa dari Rajanya Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Kalau Ki Kebo Iwa berhasil dipisahkan dari Rajanya, maka dengan mudah Ki Patih Gajah Mada dapat menundukkan Bali. Alkisah, sampai saaat itu, Ki Kebo Iwa belum memiliki seorang istripun, tidak ada seorangpun putri di Bali yang menyamai bentuk tubuhnya, hal inilah yang dijadikan titik lemah Ki Kebo Iwa, oleh Ki Patih Gajah Mada.
Sementara itu, Sang Ratu Raja Majapahit disuruh membuat sepucuk surat oleh Ki Patih Gajah Mada yang diperuntukan kepada Ki Kebo Iwa, yang menyatakan bahwa ada seorang putri yang cantik di tanah Jawa yang bentuknya sepadan dengan Ki Kebo Iwa dan bermaksud untuk dipersandingkan dengannya. Ki Kebo Iwa sangat senang mendengar kabar ini dan Ki Kebo Iwa diharuskan untuk menjemput gadis itu ke Tanah Jawa.
Mengetahui kabar yang menggembirakan itu, maka Ki Kebo Iwa memohon ijin kepada Rajanya untuk pergi ke tanah Jawa untuk mengambil calon istrinya itu, dan Sang Raja-pun mengijinkannya. Sebelum menyeberang mengarungi lautan menuju tanah Jawa, Ki Kebo Iwa melakukan Semadi di Pura Luhur Uluwatu. Di Pura tersebut beliau sudah diperingatkan untuk tidak pergi ke tanah Jawa, karena akan terjadi sesuatu disana, namun karena keinginan yang besar untuk mendapatkan istri, petunjuk itu tidak dihiraukannya, bahkan ketika ada batu besar yang menghadang, batu itupun di belahnya menjadi dua, satu ditaruh di Belah Batuh dan yang satunya lagi di bawa ke tanah Jawa(mungkin itu asal usul dari nama Desa Blah Batuh).
Sesampainya di Tanah Jawa, semua masyarakat merasa takut dengan Ki Kebo Iwa karena tubuhnya yang tinggi besar sambil membawa keris dan juga membawa batu. Ketika itulah muncul ide dari Ki Patih Gajah Mada untuk mengurangi kesaktian Ki Kebo Iwa. Ki Patih Gajah Mada menegur Ki Kebo Iwa :"Anakku Kebo Iwa, kenapa engkau membawa keris dan batu kesana kemari? Semua rakyatku merasa takut, berikanlah keris itu kepadaku untuk kusimpan untuk sementara waktu". Tanpa perasaan curiga sedikitpun, Ki Kebo Iwa menyerahkan keris itu kepada Ki Patih Gajah Mada. Keris itu bukannya disimpan, namun tanpa sepengetahuan Ki Kebo Iwa, keris itu dibuang ke tengah laut, dan keris itu kemudian diselamatkan serta disimpan oleh Ratu Kidul.
Setelah kejadian itu, Ki Patih Gajah Mada menyuruh Ki Kebo Iwa untuk membuatkan sumur yang diperuntukkan tempat mandi bagi calon istrinya. Setelah sumur itu hampir selesai dan mencapai kedalaman lebih tinggi dari tubuh Ki Kebo Iwa, secara serentak sumur itu diurug dengan menggunakan batu oleh rakyat Majapahit atas perintah Ki Patih Gajah Mada, sehingga Ki Kebo Iwa terkubur hidup-hidup di dalam sumur. Namun dengan kesaktian yang dimilikinya, batu-batu yang mengurugnya itupun semuanya terpental ke angkasa. Ki Patih Gajah Mada sudah kehabisan akal untuk melenyapkan Ki Kebo Iwa dari muka bumi. Dengan putus asa, Ki Patih Gajah Mada menyuruh Ki Kebo Iwa untuk segera pulang ke Bali karena istri yang dijanjikannya itu sebenarnya tidak ada, itu hanyalah kiasan saja, kata Gajah Mada yang kami maksud dengan Ni Gusti Lemah Tulis yang ada di dalam surat itu adalah sebuah Gunung yang tinggi besar dan cantik yang namanya Gunung Batu Tulis. Betapa kecewanya Ki Kebo Iwa mendengar hal itu, dengan lirih dia berkata : "Aku tidak mau pulang ke Bali karena kami telah berjanji kepada raja kami bahwa aku ke tanah Jawa ini untuk mengambil seorang istri, dan bila aku tidak membawa istri, maka aku akan merasa sangat malu sekali kepada Raja kami, aku merasa ditipu-daya, namun aku tidak akan bisa mati dengan cara seperti ini, lebih baik aku mati dengan cara kesatria. Aku akan mati oleh siraman pamor bubuk, bunuhlah aku dengan cara seperti itu, dengan demikian aku akan mati. Ki Kebo Iwa mengeluarkan pamor bubuk dari dalams aku bajunya dan kemudian diserahkan kepada Ki Patih Gajah Mada, yang tanpa menunggu lebih lama lagi segera menaburkan pamor bubuk itu ke seluruh tubuh Ki Kebo Iwa. Seketika itupun Ki Kebo Iwa lenyap tanpa bekas (moksa).
Demikianlah cerita hilangnya keris Ki Kebo Iwa, dan kini Ida mendapat tugas untuk mengambil keris itu kembali di pantai selatan (Malang) dan pusaka tersebut sudah diberikan oleh Ratu Kidul dan kini telah disimpan di Kedhatuan Kawista Belatungan -Tabanan.
No comments:
Post a Comment