Filsafat Mahabharata. Oleh : Sri Swami Sivananda Instant Pay For You
Pengalaman jaga adalah sebuah persepsi. Pengalaman mimpi adalah sebuah ingatan. Seperti halnya persepsi berlanjut menjadi ingatan, keadaan jaga berlanjut menjadi mimpi. Mengingat pengalaman jaga independen dari pengalaman mimpi berikut pengaruh-pengaruhnya, pengalaman mimpi merupakan hasil dari kesan-kesan mental dari pengalaman jaga.
Ada sejenis aturan atau sistem yang berlaku dalam pengalaman-pengalaman jaga, setidak-tidaknya lebih dari yang ada di alam mimpi. Setiap hari orang-orang serta hal-hal yang sama menjadi objek-objek dari pengalaman jaga. Dalam hal ini terbentuk suatu ingatan tertentu tentang pengalaman-pengalaman di hari sebelumnya serta ingatan tertentu tentang perjuangan hidup dan kontinyuitas dari pengalaman jaga ini. Kesadaran terhadap kontinyuitas ini, terhadap keteraturan ini dan penyatuan ini, absen dalam mimpi. (Umumnya) Impian secara komparatif tidaklah tersusun dengan baik, sementara keadaan jaga lebih sistematis sifatnya.
Mimpi kurang nyata dibandingkan kondisi jaga, sejauh kontak langsung dengan dunia eksternal seperti dalam terjaga absen dalam mimpi. Kendati ada juga dunia eksternal dalam mimpi, nilainya kurang, dibandingkan dengan yang dialami di alam jaga. Kendati bentuk dari alam mimpi bersesuaian dengan yang ada di alam jaga, namun kwalitas alam mimpi lebih rendah dibandingkan dengan alam jaga.
Ruang, waktu, gerak serta objek-objek tidak termasuk hubungan subjek dengan objek adalah umum sifatnya, baik dalam jaga maupun mimpi. Bahkan realitas yang mereka hadirkan pada saat mereka teralami pun serupa sifatnya. Akan tetapi, bedanya terletak pada "derajat realitas" yang mereka manifestasikan. Sang Jiwa merasakan kalau keadaan jaga berada dalam peringkat kebenaran yang lebih tinggi dibanding mimpi.
Bahwasanya alam jaga punya realitas relatif tidaklah membuktikan bahwa mereka itu nyata, dalam pengertian absolut. Dari sudut pandang realitas tertinggi, pengalaman jaga juga tiada nyata. Seperti halnya mimpi yang lebih rendah ketimbang keadaan jaga, maka alam jaga-pun seharusnya ditingkatkan kepada Realisasi-Diri.
Mimpi adalah Realitas Tampakan. Jaga adalah Realitas Relatif. Turiya atau Brahman adalah Realitas Absolut. Jaga adalah realitas di balik mimpi. Dan Turiya adalah realitas di balik jaga. Dari titik pandang Turiya, baik mimpi maupun jaga keduanya tak-nyata. Namun, sekali lagi, jaga dalam dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan mimpi memang punya realitas yang lebih tinggi ketimbang mimpi. Hingga batas-batas tertentu, Turiya dibanding jaga, dapat dibandingkan dengan jaga dibanding mimpi.
Mimpi bukanlah impian bagi si pemimpi itu sendiri. Hanya bagi yang terjagalah kejadian di alam mimpi diketahui sebagai impian. Demikian pula halnya, jaga tampak nyata bagi yang masih dalam keadaan jaga. Hanya bagi ia yang dalam Turiya sajalah jaga merupakan sesuatu yang kosong dari Realitas. Jaga adalah Deerghasvapna, sebuah mimpi panjang, seumur hidup, untuk mengkontraskannya dengan mimpi umum yang singkat saja.
Ada tiga derajat realitas dalam pengalaman pribadi. Ketiga derajat utama itu adalah: subjektif, objektif dan absolut. Pengalaman mimpi bersifat sangat subjektif. Pengalaman jaga lebih bersifat objektif. Sedangkan realisasi Atman atau Brahman adalah pengalaman terhadap Realitas Absolut. Individu adalah subjektif dibandingkan dengan alam objektif. Subjek dan objek punya realitas yang setara, kedati keduanya disangkal dalam Yang Absolut.
No comments:
Post a Comment