Kalau kita memeriksa wilayah dan negara-negara di Timur Tengah, kita menemukan banyak bukti yang menunjukan pengaruh awal dari peradaban Veda. Banyak dari pengaruh tersebut masih ada sampai saat ini. Hal ini membenarkan fakta bahwa pengaruh tersebut tidak akan ada disana jika wilayah tersebut tidak pernah pada suatu ketika menjadi bagian dari peradaban global Vedic Aryan dan diperintah oleh para penguasa Vedic.
Sejumlah negara Timur Tengah menerima dewa-dewa yang sama dengan cara yang beragam, walaupun mereka disebut dengan nama yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki banyak kesamaan dalam cerita legenda dan cerita yang menjelaskan tentang penciptaan realitas kosmis. Seringkali itu hanya merupakan variasinya atau bocoran dari tradisi milik tetangga atau yang sebelumnya merupakan keyakinan yang memang sudah lama ada. Dengan mempelajari beberapa hubungan dan kesamaan tersebut kita dapat melihat bahwa banyak dari kebudayaan tersebut saling terkait dan berhubungan dengan tradisi paling awal yang berasal dari peradaban Vedic Aryan. Kita juga dapat mengenali bagaimana pengaruh Veda melingkupi wilayah yang sangat luas dan bergerak ke arah barat masuk ke daratan Eropa dan wilayah-wilayah lain dan mempengaruhi negara-negara tersebut dalam kadar yang lebih besar atau lebih rendah.
India di jaman purba tidak diragukan lagi mencakup suatu wilayah yang jauh lebih luas daripada negara India sekarang ini dan menyebar jauh lebih ke utara dan barat. Setidaknya itu adalah indikasi sejarah yang memperlihatkan bahwa pengaruh Aryan dirasakan sampai di tempat yang sangat jauh. Para dewa Vedic, misalnya, dikenal luas. V.Gordon Childe, dalam bukunya The Aryans, menyatakan bahwa bukti menjadikannya jelas bahwa orang Arya telah menetap di pusat-pusat hunian di wilayah Upper Euphrate pada tahun 1400 B.C. Pusat-pusat hunian tersebut sama dengan kota-kota Lembah Indus dan kemudian dengan di Media dan Persia. Sebagai bukti, Hugo Winckler, dalam tahun 1907, mengenali nama-nama empat dewa Vedic (Indra, Varuna, Mitra, dan Nasatya) bersama dengan sepuluh dewa Babylonia dan empat dewa Mitanni yang ‘diundang’ sebagai saksi dalam perjanjian yang ditandatangani tahun 1360 B.C. antara raja Mitanni dan raja Hittite. Juga terdapat tablet-tablet di Tell-el-Amarna yang menyebut para pangeran Aryan di Syria dan Palestine. Tetapi orang-orang Arya tersebut sesungguhnya bukanlah penghuni tetap area tersebut tetapi adalah dinasti-dinasti yang menguasai wilayah non-Aryan tersebut. Ini menjelaskan kenapa para ilmuwan seperti Jacobi, Pargiter, dan Konow menerima deity-deity Mittani di Upper Euphrate, Syria dan Palestine sebagai milik bangsa India, diperkenalkan ke wilayah itu melalui perantaraan orang-orang yang bebicara Sanskrit yang datang dari Punjab. Lebih lanjut, L.A. Waddell mengklaim bahwa raja-raja Aryan yang pertama dapat ditelusuri balik setidaknya ke tahun 3380 B.C. Mereka memiliki ibu kota di bagian utara Euphrate dekat Laut Hitam yaitu Cappadocia di tahun 3378 B.C., dan raja-raja Hittite di Cappadocia tersebut memakai nama-nama Aryan. Hal ini berarti bahwa pada waktu itu orang-orang Arya telah sangat mapan mendiami area tersebut.
Bangsa Hittite
--------------------------------------------------------------------------------
Berbicara tentang bangsa Hittite, dikatakan bahwa mereka menginvasi dan masuk ke wilayah Cappadocia sekitar 1950 B.C. Tetapi, sebagaimana bukti di atas menunjukan, mereka telah ada di sana jauh sebelumnya. Bangsa Hittite disebut-sebut dalam catatan bangsa Mesir dan lain-lain, seperti halnya dalam Old Testament. Dokumen yang berasal dari Boghaz-Koi, Turki, diterjemahkan tahun 1917, memperlihatkan bahwa mereka berbicara menggunakan bahasa kuno, tetapi tidak dikenal, bahasa Indo-European. Ini tidak diragukan lagi pastilah terkait atau masih turunan dari Sanskrit. Dialek mereka termasuk Luwian, Palaic, Lydian, Lycian, dan lainnya. Dalam dokumen-dokumen tertua orang-orang Hittite disebut dengan Khatti. Ini kemungkinannya diturunkan dari istilah Sanskrit, Kshatriya atau Pali Khattiyo sebagaimana disebutkan oleh D.D. Kosambi dalam buku The Culture and Civilization of Ancient India, (hal. 77). Orang-orang Hittite diketahui menyembah dewa yang disebut dengan Inar, sangat tidak diragukan lagi ini adalah nama dewa Vedic, Indra, yang disebutkan dalam Larousse Encyclopedia of Mythology (hal. 85) sebagai dewa yang datang dari India bersama dengan Indo-European Hittities. Juga terdapat sebuah buku yang ditemukan di Anatolia, di tempat pelatihan kuda, yang berisikan istilah-istilah teknis dalam bahasa Sanskrit yang sempurna. Jadi, orang-orang Hittite tentunya merupakan bagian dari peradaban Veda dan sebuah arus migrasi keluar dari wilayah India. Ini kemungkinan terjadi karena ketiadaan sumber air di wilayah tersebut seiring dengan meluasnya gurun pasir.
Bangsa Kassite
--------------------------------------------------------------------------------
Juga di wilayah Iran dan Asia Barat kita menjumpai bangsa Kassite, hanya sebelum 2000 B.C. Mereka adalah orang-orang Indo-Aryan di Iran. Mereka menyerang Babylonia sekitar tahun 1760 B.C. Mereka menyembah deity Vedic dan memerintah Babylonia selama lebih dari 500 tahun setelah mereka memindahkan kerajaan Hammurabi. Walau mereka meng-adopsi ucapan dan tradisi Babylonia, mereka masih memuja Suria (Vedic, Surya), Marutta (Vedic, Maruta), dan Indabugas (Vedic, Indra dan Bhaga, atau Bhagavan). Bangsa Kassite adalah suatu kelompok dari Vedic Puru. Dewa-dewa bangsa Kassite juga memiliki nama mirip dengan dewa-dewa Veda, sebagaimana ditunjukkan oleh sedikit contoh berikut :
KASSITE/ VEDIC
a. Indash/ Indra
b. Shuriash/ Surya
c. Maruttash/ Maruts
d. Bugash (istilah untuk Tuhan)/ Bhaga, Bhagavan (nama Tuhan)
Bangsa Mitanni
--------------------------------------------------------------------------------
Orang-orang Mitanni juga adalah orang-orang yang berasal dari daerah timur yang terpaksa pindah lebih jauh lagi ke arah barat dari tanah kelahirannya di India. Mereka muncul sebagai suku pribumi penguasa Mesopotamia, Syria dan Palestine sekitar 1400 B.C. Ini adalah contoh lainnya dari orang-orang India Bagian Utara yang harus meninggalkan wilayahnya karena kekurangan sumber air dan sumber daya alam lainnya sejalan dengan meluasnya gurun pasir. Walau mereka membawa serta bahasa lokal dan kebudayaan dari daerahnya, mereka masih meninggalkan clay tablet di El Amara dari abad ke-15 B.C. yang mencatat nama-nama raja Mitanni di Syria, yang bernama Artatama, Artamanya, Saussatar, Sutarna, Subanda, Dusratta, Suwardata, dan Yasdata. Berikutnya, dalam perjanjian yang dibuat antara raja Hittite Shubbiluliuma dan raja Mitanni Mattiuza disebutkan adanya doa permohonan sebagai saksi kepada dewa-dewa Mitanni yaitu Mitra (Vedic Mitra), Indaru (Indra), Uruwna (Varuna), dan Nashattiya (Nasatyas). Disini dapat kita lihat bahwa dewa-dewa Mitanni memiliki nama yang sama dengan dewa-dewa Vedic. Penduduk Mitanni juga disebut sebagai orang-orang Maryanni. Childe, dalam bukunya The Aryans (hal.19), membandingkan nama ini dengan kata Sanskrit marya, yang berarti para pemuda atau pahlawan. Kata ini digunakan dalam Rig-veda (3.54.13 & 5.59.6).
Jadi, sepertinya bahwa bangsa Mitanni tidak mungkin lain tetapi bagian dari peradaban Veda dan berasal dari India. Tetapi, karena mereka pindah dari tanah tumpah darahnya, mereka mengembangkan bibit-bibit kebudayaan mereka. Orang-orang Mitanni merupakan kelompok yang berasal dari keluarga Vedic Puru.
Bangsa Sumeria
--------------------------------------------------------------------------------
Satu pandangan yang diterima secara luas tentang bangsa Sumeria adalah bahwa mereka datang di Mesopotamia sebelum 3000 B.C. ketika mereka mengambil alih harta benda dari penduduk yang tinggal disana. Tetapi, menurut pandangan lain bangsa Sumeria sebenarnya merupakan penghuni pertama dan yang memulai pembangunan Mesopotamia. Mereka memiliki filosofi yang secara khusus mempengaruhi bangsa Babylonia dan Assyria yang menyerap banyak kepercayaan mereka. Orang-orang Sumeria percaya jagat raya dan segala isinya merupakan cerminan dari pikiran dan aktivitas supernatural. Mereka percaya bahwa jagat raya diciptakan dari samudra primeval bersamaan dengan semua planet, bintang, matahari, bulan, yang memiliki orbitnya sendiri-sendiri. Setelah penciptaan planet-planet, datang manusia super dan mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, yang kemudian membuat manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Theologi bangsa Sumeria, yang sangat mirip dengan versi Veda, masih dapat ditemukan dalam sebuah tulisan yang sangat detil bertajuk tahun 1900 B.C.
Walau kota-kota Mesopotamia menerima pantheon umum, tidak semua dewa disembah di setiap kota, mereka juga tidak disebut dengan nama-nama yang sama. Dan ketika bangsa Semit menginvasi wilayah itu, mereka mengganti nama-nama para dewa, sifat-sifatnya dan hubungannya. Sehingga saat ini menjadi tidak jelas yang mana dewa-dewa bangsa Sumeria atau yang mana yang dibawa dari Vedic Aryan, kepada siapa orang-orang Sumeria setidaknya memiliki hubungan dekat jika bukan merupakan bagian dari peradaban Veda.
Bangsa Sumeria memiliki banyak kuil, seperti kuil Enki di Eridu, dan Marduk di Babylon. Citra para dewa disembah dengan cara diberikan persembahan makanan dan minuman, buah, dupa, dan pakaian baru saat hari festival. Ini sama dengan cara yang digunakan dalam pemujaan Vedic deity di India. Anu adalah dewa kahyangan, dan awalnya adalah pimpinan dari dewa-dewa lain, seperti Enlil, (dewa angin dan pencipta matahari, bulan, dan tumbuh-tumbuhan), Ninki (ibu pertiwi), dan Enki (penguasa dunia bawah). Anu khususnya dipuja di Uruk, sekitar 3000 B.C., tetapi kemudian digantikan oleh Enlil saat kota Nippur mengalahkan Uruk, kota bibel Erech dan Warka moderen. Terapi, dewa Marduk, putra Enki, menggantikan Enlil di Babylonia ketika kotanya Babylonia memerintah Mesopotamia dengan pengaruh dinasti yang sangat kuat, dan juga digantikan oleh Ashur di Assyria sekitar pertengahan millenium kedua. Pasangan Enlil, Ninlil, menjadi Ishtar bagi orang-orang Babylonia, yang mewakili deity perempuan sebelumnya dan juga dikenal sebagai Anat bagi orang-orang Syria, sebagai Atar bagi orang-orang Arab, sebagai Astarte bagi orang-orang Yunani, dan sebagai Isis bagi orang-orang Mesir. Di Assyria, Adad merupakan dewa yang mengendalikan hujan. Di Syria ia disebut sebagai Ramman sang dewa petir, di kalangan Hittite ia adalah Teshub, dan di dalam tradisi Veda ia disebut Indra. Jadi, kita bisa melihat keterkaitan kebudayaan Sumeria dengan yang lainnya di wilayah tersebut, yang sebagian besar akarnya dapat ditelusuri kembali ke India dan tradisi Veda. Ternyata, L.A. Waddell menyimpulkan bahwa dalam banyak hal orang-orang Sumeria adalah Aryan.
Kebanyakan ilmuwan sepakat bahwa agama tertua sepertinya telah muncul dari sebuah kebudayaan terorganisir yang sangat purba, apakah itu bangsa Sumeria di sepanjang sungai Euphrate atau bangsa Arya di wilayah Lembah Indus. Kenyataannya, kedua kebudayaan ini mempunyai hubungan. C.L. Wooley, salah seorang arkeolog dunia yang sangat terkenal, menyatakan di dalam bukunya, The Sumerian, bahwa karakteristik roman muka orang-orang Sumeria dapat ditelusuri ke Afganistan, Baluchistan, dan akhirnya ke wilayah Lembah Indus. Peradaban awal Indus, yang telah berkembang secara istimewa, memiliki banyak kesamaan dengan Sumeria yang berjarak 1500 mil, khususnya dalam hal cap stempel yang berbentuk bujur sangkar yang memuat materi yang identik antara keduanya, dan mirip dalam hal gaya pahatan dan tulisan. Juga terdapat kemiripan dalam metode yang dipakai dalam perencanaan tata kota dan konstruksi bangunan-bangunannya. Woolley mengusulkan bahwa, daripada membuat kesimpulan yang terlalu cepat bahwa peradaban Sumeria dan Indus memiliki ras dan budaya politik yang sama, yang kemungkinan besar kenyataannya adalah demikian, atau bahwa kemiripan tersebut sekedar karena hubungan perdagangan, bukti tersebut setidaknya menunjukkan bahwa keduanya memiliki sebuah sumber yang sama.
Peneliti dan ilmuwan L.A. Waddell menawarkan bukti-bukti lebih banyak lagi untuk menunjukkan hubungan antara orang-orang Arya dan orang-orang Sumeria. Dia mengemukakan di dalam bukunya, The Indo Sumerian Seals Deciphered, bahwa temuan dan terjemahan cap stempel bangsa Sumeria begitu juga dengan Lembah Indus memberikan bukti-bukti bahwa keberadaan masyarakat Arya disana sudah ada jauh sebelum 3100 B.C. Beberapa cap stempel bangsa Sumeria dan Lembah Indus yang ditemukan secara bersamaan keduanya menampilkan nama-nama peramal terkenal Vedic Aryan dan para pangeran yang disebutkan di dalam hymne-hymne Veda. Tetapi, personalitas orang-orang Arya tersebut tidak hanya sekedar bagian dari sebuah dongeng yang sengaja dibuat, sebagaimana diklaim oleh banyak orang, tetapi kenyataannya mereka memang pernah hidup lima ribu tahun yang lalu sebagaimana disebutkan dalam beberapa epos dan Purana.
Waddell juga mengatakan bahwa bahasa dan agama dari Indo-Aryan secara keseluruhan sama persis dengan bangsa Sumeria dan Phoenic, dan bahwa raja-raja masa awal Vedic Aryan India adalah identik dengan raja-raja yang dikenal dalam sejarah bangsa Sumeria. Dia percaya bahwa arti dari tulisan yang terdapat dalam cap stempel Lembah Indus memberikan konfirmasi bahwa bangsa Sumeria sebenarnya adalah orang-orang Arya permulaan dan pencetus dan juga pelaku dari peradaban India. Dia menyimpulkan bahwa bangsa Sumeria adalah orang Arya dalam postur tubuh, kebudayaan, agama, bahasa, dan tulisan. Dia juga menganggap bahwa bangsa Sumeria permulaan di Teluk Persia sekitar 3100 B.C. adalah orang-orang Phoenic yang adalah orang Arya dalam ras dan pembicaraan, dan penggagas peradaban Arya di India kuno. Jadi, dia menyimpulkan bahwa adalah orang-orang Arya yang mengusung peradaban tinggi dan yang menyebarkannya ke seluruh Mediterrania, Barat Laut Eropa, dan Britania, begitu juga dengan India. Tetapi, dia menyatakan bahwa bangsa Arya Sumero-Phoenician permulaan tidak ambil bagian dalam Invasi bangsa Arya ke India sampai pada abad ketujuh B.C. setelah mereka dikalahkan oleh Assyrian Sargon II dalam tahun 718 B.C. di Carchemish di Mesopotamia Atas. Walaupun bangsa Sumeria mungkin benar-benar adalah bangsa Arya, beberapa peneliti menganggap bahwa agaknya daripada sebagai originator dari peradaban Vedic Arya, atau ambil bagian dalam invasi ke India, mereka merupakan sebuah perluasan dari peradaban Veda yang bersumber di India dan menyebar sepanjang Persia dan masuk ke Eropa.
Bangsa Persia
--------------------------------------------------------------------------------
Nama Persia sebenarnya adalah turunan dari nama Sanskrit Parasu, yang adalah nama senjata kampak milik Parashurama. Lord Parashurama telah memimpin 21 kali ekspedisi ke seluruh dunia untuk menghukum demi kebaikan para Kshatriya yang telah melenceng dari prinsip-prinsip Veda dan menjadi kejam dan tidak patuh. Ini terjadi pada masa sebelum Lord Ramachandra. Persia telah dibanjiri oleh Parashurama dan pasukannya dan tunduk di bawah administrasinya. Menurut E. Pococke dalam bukunya India in Greece halaman 45, tanah Persia menjadi dikenal dengan nama Paarasika.
Pococke meneruskan penjelasannya bahwa istilah “Chaldean” berasal dari istilah Sanskrit Kul-deva (sering diucapkan Kaldeo), yang berarti ‘keluarga para dewa’ merujuk kepada orang-orang yang menyembah dewa-dewa dari kaum Brahmana. Ia juga menambahkan bahwa peta Persia, Colchis, dan Armenia di jaman purba memberikan bukti berbeda yang memperlihatkan kolonisasi orang-orang dari India dalam skala yang sangat besar. Itu juga memperlihatkan kebenaran beberapa uraian utama wilayah tersebut sebagaimana ditemukan dalam Ramayana dan Mahabharata.
Seorang pengarang Inggris, R.G. Wallace, menunjukkan pada halaman tujuh bukunya, Memories of India, bahwa bangsa Hindu adalah sejumlah keseluruhan Afghanistan, begitu juga Arabia dan Persia. Ini bukanlah para migran terbaru tetapi sisa-sisa dari populasi lokal yang telah dikonversi masuk Islam dengan kekuatan militer.
Lt. Gen. Charles Vallancy, pada halaman 465 bukunya Collectania De Rebus Hibernicus, mengutip perkataan Sir William Jones, “Itu telah terbukti melalui bukti dan alasan yang jelas bahwa sebuah monarki yang sangat berkuasa telah berdiri di Iran, jauh sebelum diperintah oleh bangsa Assyria atau Pishdadi; yang jelas-jelas adalah sebuah monarki Hindu . . . yang berkuasa selama berabad-abad dan bahwa sejarahnya merupakan bagian dari sejarah bangsa Hindu, yang membangun monarki di Ayodhya dan Indraprastha . . .”
E. Pococke, pada halaman 178 bukunya India in Greece, menjelaskan bahwa, “Sebuah sistem Hinduisme meliputi seluruh kekaisaran Babylonia dan Assyria. Kitab-kitab kuno menyajikan bukti berlimpah, dalam menyebutkan berbagai type dewa-Matahari, Bal-nath, yang tiang-tiang pilarnya menghias setiap perbukitan dan hutan-hutan kecil.” Kemudian, pada halaman 182 buku yang sama, ia menjelaskan bahwa istilah Syria diturunkan dari suku bangsa India Sur atau Surya, matahari, memberikan namanya untuk sebuah provinsi yang sangat luas, Surya, sekarang ini Syria. Suku bangsa yang berhubungan dengan peperangan ini kekuatan terbesarnya ditemukan di Palestine.
Juga dijelaskan bahwa Babylonia diberi namanya demikian sesuai dengan nama Sanskrit Bahubalaneeya, yang berarti dunianya Raja Bahubali, raja yang sangat terkenal dalam legenda Veda.
V. Gordon Childe menunjukkan kesesuaian linguistik yang ditemukan antara Sanskrit Rig-veda dan bahasa Iran dari Gathas Zoroaster dan Darius Yang Agung. Baik orang-orang India maupun Iran keduanya menyebut diri mereka Aryan dan menyembah dewa-dewa yang sama, seperti Mitra, Aryaman, Indra, Varuna, Agni, dan seterusnya. Mereka juga pernah mengenal nama-nama sungai yang sama, Sarasvati dan Hara‘uvati, begitu juga sama-sama menerima ritual Soma. Jadi, orang dapat menyimpulkan bahwa mereka berasal dari dan memiliki latar belakang sama. Bahkan kata Iran atau Ariana memiliki makna ‘Tanah Aryan’ seperti diunjukkan oleh Hermann Kulke dalam bukunya, A History of India. Semua ini menandakan bahwa orang-orang Iranian awal merupakan bagian atau setidaknya berafiliasi dengan peradaban Vedic Aryan.
Banyak konsep-konsep Ketuhanan Vedic Aryan diadopsi oleh Zoroastrianisme. Faktanya, doktrin-doktrin dasar dan konsepsi tentang dewa mereka, Ahura Mazda, dapat ditelusuri kembali kepada Purusha-sukta di dalam Rig-veda. Lebih jauh lagi, Zoroastrianisme memiliki sebuah pengaruh besar kepada agama Judeo-Christian. Waddell menunjukkan bahwa Adam yaitu cerita Adam dan Eva dari Hebrew Genesis sepertinya berasal dari sejarah tradisional Babylonia akhir yang menjelaskan raja-raja tertua yang terkenal di dunia pada jaman purba dari dinasti Arya. Rabi-rabi Yahudi yang menyusun buku Genesis (dikatakan sebagai buku karya Musa) mendengar sejarah tentang manusia super raja-raja besar Arya. Karena tidak begitu memahami siapa mereka itu, para rabi menyelewengkan fakta-fakta sejarah tentang raja besar Adda (sebutan orang-orang Babylonia kepada raja Aryan awal yang juga disebut Addamu) dan hanya dengan mengubah Addamu menjadi “Adam”, manusia ciptaan pertama yang dikatakan telah dibuat Tuhan pada tahun 3761 B.C. Sehingga, Waddall menyimpulkan bahwa cerita tentang silsilah bangsa Yahudi mengenai Adam, Cain, Enoch, Noah, dan Japhet adalah variasi-variasi dari nama-nama dan penyimpangan sejarah Babylonia tentang catatan paling awal raja-raja Aryan.
Waddall meneruskan penjelasannya bahwa Yahudi Adam adalah Sumerian Adar atau Addamu dan Aryan Iksvaku. Nama Cain adalah ekivalen Inggris atas nama Yahudi Qain, yang disebut di dalam Genesis dengan gelar Aysh, mirip dengan Ayus dari epos Veda. Cain dikatakan telah membangun sebuah kota dan diberi nama sama dengan nama anaknya Enoch, yang mana adalah versi Inggris dari namaYahudi Hanuk. Otoritas Bibel mengatakan bahwa kota ini identik dengan kota pelabuhan tua Sumeria yaitu Unuk di Mesopotamia Bawah yang kemudian orang Chaldean menyebutnya Erek. Dan nama Enoch atau Hanuck sama dengan Janak dari epos Veda. Jadi, agama orang-orang Yahudi dan Kristen secara alami sama dalam banyak hal dengan tradisi Veda, walaupun orang-orang Yahudi telah menggunakan sejarah bangsa lain yang diselewengkan untuk membuat dongengan sejarah mereka sendiri. Begitu juga mereka mengambil berbagai tradisi bangsa lain. Sebagai contoh, upacara baptis yang dipraktekkan di semua agama Kristen berasal dari India dalam wujud melakukan mandi suci di Sungai Gangga untuk menandai kelahiran kembali dan pemurnian secara spiritual.
Irak dan Iran
--------------------------------------------------------------------------------
Nama-nama Irak dan Iran diturunkan dari Sanskrit. Akar katanya yang umum adalah “Ir”, seperti yang ditemukan dalam kata Sungai Irawati di Myanmar (Burma). Nama “Iranam” dalam Sanskrit, darimana nama Iran diturunkan, dipakai untuk menunjukkan daerah bergaram dan tandus. Ini adalah nama wilayah yang diberikan oleh para penguasa atau administratur yang berbicara Sanskrit. Ibukota Irak, Baghdad, juga memiliki sebuah nama yang didasarkan atas Sanskrit, Bhagwad atau Bhagwan Nagar, yaitu merujuk pada Nagar (sebuah kota) yang dipersembahkan kepada Bhagwan (Tuhan). Itu kemudian disingkat menjadi Bhagdad, yang berarti “Kota Tuhan”.
Ini juga berarti bahwa ini bukanlah kota Muslim pertama, dikatakan telah dibangun oleh Caliph Al-Mansur dalam setahun, 762-63 A.D, tetapi merupakan salah satu taklukan pertama pusat-pusat Veda. Kalau tidak, tidak akan ia diberi nama yang diturunkan dari Sanskrit. Lebih jauh lagi, itu merupakan sebuah kota dengan tata kota yang direncanakan dengan baik, yang akan makan waktu jauh lebih lama dari satu tahun untuk membangunnya. Ini juga merupakan indikasi dari sebuah model falsifikasi atau penindasan fakta sejarah yang biasa dilakukan oleh agama-agama yang mengandalkan kekuatan bersenjata untuk menghapus atau menyembunyikan apapun kemajuan yang dimiliki oleh kultur sebelumnya.
Kurdisthan merupakan bagian Irak dan juga adalah nama Sanskrit. Bahasa dan adat-istiadat Kurdi masih membawa jejak-jejak yang tidak bisa salah berasal dari Sanskrit dan India sebagai sumbernya.
Satu hal yang menarik adalah bahwa kelurga kerajaan Iran, Pehlavi, memiliki akarnya dalam tradisi Kshatriya. Nama Pehlavi muncul pertama kali dalam episode Ramayana dimana Vishvamitra berusaha untuk menyingkirkan sapi suci milik Vashista. Sebutan gelar “Shah” juga adalah nama Vedic dan juga adalah nama belakang yang umum untuk orang Hindu. Raja Hindu Nepal juga memiliki gelar “Shah”. Raja Kshatriya dari Gwalior yang dipecat oleh Muslim adalah Ram Shah. Seorang patriot kaya-raya yang menyumbangkan seluruh hartanya kepada Rana Pratap untuk membantu mempertahankan India adalah Bhama Shah. Oleh sebab itu, gelar “Shah” di Iran hanya mengingatkan kita kepada tradisi para Kshatriya India yang pernah memerintah wilayah Iran. Kenyataannya, ketika Iran mulai diserang oleh invasi tentara Islam, banyak orang-orang biasa melarikan diri ke India. Sejarah juga mencatat bahwa keluarga kerajaan pada waktu itu juga diperkirakan melarikan diri meninggalkan Iran untuk mencari perlindungan di India. Jadi dengan adanya bukti bahwa orang-orang umum dan penguasa Iran berpikir untuk datang ke India selama masa penaklukan oleh tentara Islam membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang Hindu, bagian dari peradaban Veda.
Rig-veda, karena merupakan pustaka suci yang paling tua, dan bahasanya adalah Sanskrit, menyediakan bukti bahwa Sanskrit adalah nenek moyang dari semua bahasa yang diketahui. Bahasa Persia juga, karenanya merupakan sebuah dialek turunan Sanskrit. Sebagai contoh, banyak kota di Iran memiliki nama Sanskrit. Tempat kelahiran Omar Khayam, sastrawan Persia terkenal, adalah Nishapur, yang adalah murni sebuah nama Sanskrit. Tentara India yang ditugaskan di Asia Barat selama Perang Dunia I dan II melaporkan telah melihat kuil-kuil deity India seperti Ganesha dan Shankar (Shiva) dalam kondisi rusak di suatu daerah terpencil di Iran, Afghanistan, dan negara-negara lain. Mytologi penduduk Iran juga memiliki kaitan dengan cerita-cerita Veda.
Satu hal yang lebih menarik adalah bahwa penduduk Iran juga mengetahui tentang Lord Rama, sebagaimana disebutkan oleh Koenraad Elst dalam bukunya, Indigenous Indians: Agastya to Ambedkar (Voice of India, New Delhi, 1993). Ia menulis bahwa menurut Ghosh, nama Rama muncul pada bagian paling awal Avesta sebagai dewa perdamaian, ditemani oleh Vayu, dewa angin. Penyebutan tentang Vayu ini sepertinya yang dimaksud adalah Hanuman, pemuja dan kawan terdekat Rama, putra dewa Vayu. Vasistha, gurunya Rama, juga disebut sebagai Vahista, yang memiliki Gatha-nya sendiri yang dipersembahkan untuknya, Vahishte-Ishti-Gatha. Ini adalah sebelum revolusi Zoroastrian. Juga, banyak ritual penduduk Iran mirip dengan tata cara Veda, seperti pemakaian benang suci. Jadi ini mencerminkan migrasi penduduk Iran permulaan keluar India sejak jaman dahulu, pada sekitar 1900 atau 1800 B.C.
Bukti lebih jauh lagi adalah bahwa demon utama dalam Avesta adalah Angra Mainyu, yang adalah Angira dan Manyu dari Rigvedic. Keluarga Angira adalah salah satu keluarga besar rishi dalam Rig-veda, sementara Manyu adalah Indra dalam wujud sebagai perusak di dalam Rig-veda (10.83 & 10.84). Nama-nama dewa penduduk Iran mirip dengan di Veda:
IRANIAN——— —–VEDIC
a. Ahura —————–Asura
b. Mithra———– ——Mitra
c. Naonhaithya (demon)—Nasatya
d. Thrita & Athvya——–Trita/Aptya
e. Aspina—————–Ashvina
f. Yima——————-Yama
g. Vivanhant————–Vivasvat
h. Indra (demon)———-Indra (demigod)
i. Yashna—————–Yajna (diucapkan Yagya, ritual)
j. Athravan (pendeta)—–Atharvan
k. Haoma—————–Soma
No comments:
Post a Comment