Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Meluasin atau Nunas Bawos

Dalam ritual meluasin atau nunas bawos ini, biasanya para Balian atau Jero Dasaran akan berusaha berkomunikasi dengan roh-roh, para dewa-dewi, bhatara-bhatari atau mengundang roh para leluhur dari keluarga yang datang kepada mereka, dengan kemampuan mistik dan mantra. Dalam ritual ini, tubuh Balian atau Jero Dasaran ini akan dirasuki oleh roh atau leluhur yang diundang.

Setelah itu para anggota keluarga yang datang dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau tujuan mengundang mereka untuk hadir di dunia. Pertanyaan umumnya berkisar diantara sebab musabab terjadinya sebuah musibah, sakit ataupun kematian ataupun hal-hal lain yang mungkin menjadi ganjalan dalam hati dan benak mereka.

Bagi masyarakat tradisional Bali, ritual ini dipercaya sebagai salah satu jalan dalam menanggulangi dan mencegah sebuah kejadian buruk yang menimpa atau bagi mereka yang tertimpa sebuah bencana, permasalahan, musibah atau sakit akan meminta berbagai petunjuk roh-roh, dewa-dewi, bhatara-bhatari ataupun dari roh para leluhur mereka, melalui perantara Balian atau Jero Dasaran perihal apa yang dapat mereka lakukan untuk menanggulangi dan menghilangkan serta apa yang menjadi sebab terjadinya musibah yang dialaminya.

Petunjuk yang didapat dan dianggap merupakan petunjuk-petunjuk untuk melakukan sebuah upacara atau ritual khusus dan petunjuk tentang berbagai upakara banten atau persembahan yang mesti dilakukan, kapan waktunya dan dimana serta beberapa petunjuk tentang sebab-sebab yang telah mengakibatkan sebuah musibah, sakit ataupun kematian terjadi.

Namun yang patut menjadi perhatian dari ritual ini adalah betapa seringnya sebuah keluarga mendapatkan petunjuk yang terkadang malah memicu ketidak harmonisan dalam hubungan sebuah keluarga, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Karena seringkali bukan petunjuk-petunjuk bijak yang didapat, akan tetapi malah petunjuk yang cenderung memprovokasi masalah.

Musibah ataupun hal buruk yang menimpa belum juga teratasi kemudian ditambah atau timbul masalah baru. Tidak jarang sebuah keluarga yang datang pada seorang Balian atau Jero Dasaran untuk memohon petunjuk secara ghaib atau niskala akan sebab dan akan sebuah permasalahan, sakit ataupun kematian mendapat jawaban atau petunjuk yang menyatakan bahwa segala hal buruk yang terjadi di keluarga mereka disebabkan oleh ulah orang lain atau seseorang yang ternyata masih keluarga dekat mereka.

Dalam ritual ini betapa seringnya sebab-sebab suatu penyakit dikatakan sebagai ulah orang jahat melalui perantara ilmu hitam, yang di Bali dikenal dengan istilah pengleakan. Banyak sekali kejadian dimana seorang yang menderita sakit medis namun dinyatakan oleh seorang Balian atau Jero Dasaran menderita penyakit magis. Kemudian menyatakan bahwa melalui petunjuk ghaib penyebab dari penderitaan dan sakit yang mereka derita adalah disebabkan oleh serangan ilmu hitam dari orang yang tidak suka kepada mereka.

Namun yang lebih memprihatinkan adalah ketika orang yang paling sering dituding dan dituduh sebagai biang kerok dari ilmu hitam tersebut adalah keluarga dekat mereka sendiri. Hal inilah salah satu penyebab utama adanya hubungan yang tak harmonis dalam sebuah keluarga. Meskipun dipermukaan tampak tiada riak, namun di kedalaman bagaikan api dalam sekam. Saling mencurigai, berbagai prasangka buruk timbul dalam pikiran dan hati yang menyebabkan rasa tidak nyaman, tidak aman dalam hubungan keluarga besar. Padahal sebuah keluarga besar semestinya bersatu padu, rukun dan saling mendukung.

Ungkapan "layah gigi nyakitin" yang berarti bahwa keluarga sendirilah yang telah menyakiti atau berbuat jahat, melalui perantaraan "ilmu hitam" adalah sebuah ungkapan yang biasa didengar dalam masyarakat atau keluarga tradisional Bali. Kepercayaan akan ghaib dan mistik yang membabi buta tanpa logika dan pemikiran yang realistis inilah yang banyak menimbulkan banyak permasalahan, utamanya permusuhan baik dalam keluarga ataupun masyarakat tradisional Bali.

Menyikapi hal ini maka betapa pentingnya dibangun kesadaran di dalam diri pribadi dan masyarakat bahwasanya tidak semua hal dapat diselesaikan dengan ritual, upacara dan mistik. Tidak semua hal harus dibayar dengan berbagai upakara dan upacara. Musibah, penyakit dan kematian semua hal tersebut sudah diatur oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bahwasanya sebagai manusia kita tak akan luput dari Suka, Duka, Lara, Pati, kebahagiaan, kesedihan, sakit dan kematian.

Ketika sakit atau mengalami suatu penyakit, berusaha untuk mendapatkan kesembuhan adalah hal yang wajar. Baik usaha melalui pengobatan medis, kedokteran ataupun mungkin secara alternatif. Tidak ada orang yang ingin mengalami sakit, namun "tan hana wong ayunulus", tak ada manusia yang hidupnya selalu baik, selalu lancar atau selalu sehat. Semua pasti pernah atau akan mengalami sakit dan pada akhirnya semua orang akan mati, usaha untuk mendapatkan kesembuhan atau kesehatan semestinya jangan membuat kita selalu menyalahkan keadaan dan berusaha mencari kambing hitam atau mengkambing-hitamkan orang lain atas apa yang kita derita.

Memang baik sekali memohon petunjuk tentang suatu hal yang mungkin diluar pengetahuan ataupun diluar nalar kita kepada mereka yang mempunyai pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun akan sangat berbahaya apabila terlalu berlebihan mempercayai berbagai petunjuk mistik yang diberikan oleh seseorang, yang mungkin saja belum tentu benar adanya. Apalagi jika petunjuk tersebut pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada permasalahan-permasalahan baru.

Disinilah pentingnya untuk senantiasa mawas diri, senantiasa melihat kedalam, introspeksi, jangan selalu menyalahkan keadaan atau orang lain apabila ada kejadian atau hal yang buruk menimpa. Mawas diri berarti senantiasa berpikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk sebelum bertindak. Senantiasa berusaha melihat sebuah permasalahan atau sebuah kejadian dari sudut pandang yang baik dan berusaha memetik hikmahnya.

Mawas diri berbeda dengan sikap waspada, waspada berarti senantiasa siap akan segala kemungkinan yang terjadi. Namun waspada lebih cenderung adalah sikap saat seseorang sedang dalam sebuah pertempuran atau peperangan. Waspada berarti bahwasanya kita tengah berhadapan dengan musuh. Jadi sikap waspada ini biasanya diawali dengan adanya sebuah permusuhan. Sikap waspada yang berlebihan timbul akibat berbagai prasangka buruk atau rasa curiga.

Seseorang yang pikirannya tidak tenang akan mudah sekali tersulut amarahnya. Kecemasan, ketakutan, benci, dendam dan amarah semua ini meracuni pikiran,

Karena pikiran memiliki peranan yang sangat besar dalam kesehatan tubuh, maka semua hal yang meracuni pikiran akan segera berdampak pada tubuh. Bukannya orang lain atau ilmu hitam yang ternyata menyebabkan penyakit, namun ternyata segala pikiran buruk sendirilah yang menimbulkan berbagai penyakit, yang tampak sulit sekali diatasi.

Bukannya badan yang sakit tapi pikiranlah yang sedang sakit, sehingga ketika didiagnosa secara medis tidak ditemukan adanya sebab-sebab medis dari penyakit yang diderita. Badan ini sehat tapi ia merasa sakit, badan ini kuat tapi ia merasa lemah, itu semua karena pikiran.

Prasangka, amarah, dengki dan dendam adalah racun yang sangat berbahaya bagi pikiran. Sehingga salah satu jalan untuk senantiasa sehat adalah dengan menjaga pikiran. Menjaga pikiran untuk senantiasa berpifikir positif, jauhkan diri dari segala prasangka dan curiga.

Hidup rukun, harmonis dan saling mendukung dalam kebajikan dalam hubungan keluarga dan masyarakat. Manusia berkarya dan berusaha namun pada akhir dan hasilnya, Tuhanlah yang menentukan. Berbuatlah yang terbaik dan biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya.

No comments:

Post a Comment