Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Di Tepi Sungai Ganga (6)


Mahabharata. Hal yang sama terjadi lagi. Kemudian terjadi lagi, dan terjadi lagi pada tahun-tahun berikutnya. Tujuh orang putra raja yang dilahirkan oleh Ganga telah dibuang begitu saja ke dalam Sungai Ganga oleh Ganga sendiri. Raja Santanu yang terikat akan janjinya dan juga oleh cinta yang mendalam kepada Ganga, tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya perasaan berdosa dan bathin yang tertekan saja yang dapat dirasakannya. Anak yang selama ini diimpikannya dan yang diharapkannya kelak menjadi penerus keturunan kerajaan Paurava sampai saat ini belum juga terwujud. Ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Akan tetapi tidak demikian, ada mata yang lain yang hanya melihat kebaikan yang ada pada kekasihnya, buta terhadap segala kesalahan adalah kesalahan yang lain lagi. Ganga diperuntukkan bagi seluruh hidupnya. Akan tetapi, keinginannya untuk mendapatkan seorang ahli waris sedemikian besar berada di dalam dirinya. Santanu merasa pasti bahwa akan ada pertengkaran yang hebat antara dia dan Ganga apabila dia melarang Ganga melakukan perbuatan terkutuk itu.

Setahun sejak pembuangan bayi yang ke-tujuh lewatlah sudah. Ganga kini telah melahirkan anak laki-laki yang ke delapan. Seperti apa yang biasa dilakukannya ketika Ganga telah melahirkan bayinya, maka Ganga bergegas pergi meninggalkan istana untuk pergi ke tepi Sungai Ganga dengan bayi yang ia gendong di kedua belah lengannya. Santanu sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi menahan kekesalan dan kemarahan di hatinya. Akhirnya Santanu bergegas menghampiri Ganga. Dengan sedikit kasar Santanu memegang pundak Ganga. Santanu kini telah kehilangan kesabarannya yang selama ini mampu di tahannya, tanpa dapat mengendalikan lagi perasaannya, Santanu membentak Ganga untuk pertama kalinya selama hidupnya, sambil berkata:

”Hentikan!…… Sungguh tidak berperi-kemanusiaan melakukan perbuatan terkutuk seperti ini! Aku tidak tahan lebih lama lagi melihat perbuatanmu ini, aku tidak dapat melihat semua anak-anakku dibunuh begitu saja seperti ini. Mengapa engkau tega melakukan perbuatan kejam seperti ini? Bagaimanakah seorang ibu atau seseorang yang cantik secara lahiriah seperti engkau dapat melakukan perbuatan terkutuk seperti ini? Mematahkan setangkai bunga sebelum bunga itu sempat mekar? Berikanlah anak itu kepadaku. Aku tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi menghadapi perbuatan terkutukmu ini”.

No comments:

Post a Comment