Make a donation Talk Fusion Saling Memberi

Tempat Moksa Putri Raja Terakhir Majapahit – Dibentuk Mirip Makam Demi Penyelamatan

Oleh : KRMT Andi Mulyono

Candi Mahabharata. Gempuran laskar Kesultanan Demak setelah berhasil menjatuhkan imperium Majapahit di tanah Jawa dilanjutkan dengan langkah penghancuran semua simbol yang berbau Hindu. Demi penyelamatan dari gempuran Kesultanan Demak ini, beberapa simbol atau tempat yang dipergunakan sebagai pemujaan umat Hindu, struktur bangunannya dibuat menyerupai makam. Salah satunya yang kini masih tersisa adalah situs Umbul Kendat yang merupakan tempat pemujaan berupa petilasan yang dibuat menyerupai makam.

Nama Kendat sendiri dalam bahasa Jawa berarti bunuh diri. Ini dikaitkan dengan tekad salah satu putri raja terakhir Majapahit yakni Kerthabumi atau Brawijaya V (1435-1478) dalam mempertahankan keyakinan/ kepercayaan sehubungan dengan telah runtuhnya Kerajaan Majapahit oleh Kerajaan Demak pimpinan Raden Patah yang mewajibkan seluruh lapisan masyarakat mengikuti kepercayaan baru.

Nama putri tersebut adalah Dyah Ayu Retna Kedaton yang merupakan putri ke-42 Kerthabumi. Beliau lari dari Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto ke Pengging, Boyolali Jawa Tengah dimana kakak iparnya yang menjadi Adipati Pengging untuk meminta perlindungan. Namun setelah tahu kakak iparnya yang bernama Adipati Sri Makurung Prabu Hadiningrat melakukan moksa bersama istri, seorang anak serta seluruh abdi sekaligus keraton/kerajaannya, sang putrinya dengan kesaktiannya melaksanakan hal yang sama. Ketika itu usia sang putri diperkirakan masih remaja yakni berusia sekitar 13-18 tahun.

Tempat moksa sang putri kemudian ditandai oleh para abdi yang mengikutinya dengan sebuah batu hitam. Batu hitam ini kemudian dibuat dalam bentuk menyerupai makam dengan maksud menghindari kemungkinan di rusak oleh laskar Demak yang terus memburu pemeluk Hindu yang menolak beralih kepercayaan serta menghancurkan semua yang berbau Hindu.

Kalau berbentuk makam, penghancuran akan bisa dihindari karena laskar Demak menganggap itu bukanlah hal yang berbau Hindu. Batu hitam yang dibuat seperti makam inilah yang saat ini menjadi petilasan dan dipergunakan tempat melakukan persembahyangan.

Mata Air

Ketika Dyah Ayu Retna Kedaton melakukan moksa, hal ini diikuti dengan kemunculan mata air (umbul) yang oleh masyarakat kemudian dikenal dengan Umbul Kendat. Umbul Kendat terdiri atas dua bagian yaitu Umbul Keroncong karena bunyi airnya bila didengarkan dengan seksama mirip irama keroncong. Bagian lainnya, disebut dengan Umbul Dandang/ Panguripan yang dipercaya berkhasiat membuat panjang umur, awet muda, murah sandang pangan, cepat naik pangkat, menyembuhkan penyakit, membuang kesialan dan lain-lainnya.

Semula umat Hindu tidak ada yang mengetahui keberadaan situs tersebut. Kemudian KRMT Andi Mulyono Kusumonegoro yang merupakan wareng (keturunan V) Sultan Pakubuwono IX (Raja Surakarta tahun 1861-1893) memelopori memakai umbul tersebut untuk Yoga Thirta sekaligus melukat agar permohonannya bisa dikabulkan Hyang Widhi.

Sekarang meskipun masih belum banyak umat Hindu yang melaksanakan tritayatra ke Umbul Kendat, tetapi telah cukup sering diadakan upacara Dewa Yadnya. Sedangkan masyarakat setempat melaksanakan pada hari-hari tertentu, biasanya hari Kamis Paing yang sering juga disebut dengan ritual “paing-an”.

No comments:

Post a Comment