Cerita Mahabharata. Dalam garis keturunan raja-raja dari keluarga Suryawangsa terdapat seorang raja terkenal bernama Maharaja Trishangku. Ia dikenal didalam cerita-cerita Purana-Itihasa sebagai seorang raja yang menginginkan pergi ke Surga bersama badan kasarnya. Ia meminta guru kerajaannya, Maharesi Vasistha untuk melakukannya, tetapi ditolak karena hal itu menyalahi hukum Tuhan. Putra Maharesi Vasistha ketika dimintai bantuan yang sama, menjadi sangat marah dan bahkan berbalik mengutuk raja Trishangku. Akhirnya, Trishangku mendekati Maharesi Wishwamitra, memohon bantuannya. Maharesi berkenan melakukannya, hanya demi berbeda dengan rivalnya, Maharesi Vasistha.
Putra raja Trishangku bernama Maharaja Hariscandra, seorang raja yang memiliki berbagai sifat mulia dan merupakan keturunan ke-28 keluarga Suryawangsa. Hariscandra sangat terkenal dan dihormati oleh seluruh rakyatnya karena sifat mulia yang dimilikinya. Diantara semua sifat agung yang dimilikinya, satu sifat agung yang menyebabkan beliau dikenal dan dihormati di seluruh dunia adalah sifat jujur; teguh pada kata/janji yang diucapkan dan tidak pernah berbohong. Kejujuran raja Hariscandra begitu terkenal, bahkan sampai ke Surgaloka.
Melihat kemasyuran Hariscandra begitu meluas bahkan sampai ke Surgaloka, maka Dewa Indra, raja Surga berniat menguji kemurnian sifat jujur yang dimiliki oleh raja Hariscandra tersebut. Indra "merangsang" Maharesi Wishwamitra untuk menguji kejujuran Maharaja Hariscandra. Atas permintaan Indra, maharesi Wishwamitra membuat Maharaja Hariscandra bermimpi. Didalam mimpinya tersebut, Maharaja Hariscandra menyumbangkan seluruh kerajaannya kepada Maharesi Wishwamitra.
Keesokan harinya, maharesi Wishwamitra datang mengunjungi maharaja Hariscandra di istana kerajaan dengan tujuan meminta kerajaan yang telah disumbangkan kepadanya oleh Raja Hariscandra di dalam mimpi tersebut.
Melihat maharesi Wishwamitra datang, raja Hariscandra segera turun dari Singasananya lalu bersujud. Raja Hariscandra menyambut maharesi dengan ramah dan sopan, serta memujanya sesuai tradisi turun temurun didalam menyambut orang suri. Tak terlukiskan rasa senang dan bahagia yang dirasakan oleh raja Hariscandra didatangi oleh orang suci seperti maharesi Wishwamitra. Bibirnya terasa kaku, badan bergetar dan airmatanya mengalir deras sambil melayani maharesi. Raja mendudukkan maharesi Wishwamitra di Singasana raja dan membasuh kaki maharesi Wishwamitra. Seorang raja suci seperti Hariscandra tidak dapat dibahagiakan oleh harta melimpah dan kemuliaan nama serta kedudukan. Kedatangan orang suci ke rumah seseorang bukanlah sesuatu hal yang biasa dan hal itu sangat membahagiakan hati raja Hariscandra. Begitu orang suci menginjakkan kakinya di rumah seorang grihastha (orang yang berumah tangga) dan grihastha itu sempat melakukan pelayanan kepada orang suci tersebut, dapat dimengerti bahwa ia adalah orang yang sangat berbahagia. Tanpa melakukan sembahyang atau yajna khusus, mereka memperoleh hasil dari pelaksanaan sembahyang atau yajna.
Putra raja Trishangku bernama Maharaja Hariscandra, seorang raja yang memiliki berbagai sifat mulia dan merupakan keturunan ke-28 keluarga Suryawangsa. Hariscandra sangat terkenal dan dihormati oleh seluruh rakyatnya karena sifat mulia yang dimilikinya. Diantara semua sifat agung yang dimilikinya, satu sifat agung yang menyebabkan beliau dikenal dan dihormati di seluruh dunia adalah sifat jujur; teguh pada kata/janji yang diucapkan dan tidak pernah berbohong. Kejujuran raja Hariscandra begitu terkenal, bahkan sampai ke Surgaloka.
Melihat kemasyuran Hariscandra begitu meluas bahkan sampai ke Surgaloka, maka Dewa Indra, raja Surga berniat menguji kemurnian sifat jujur yang dimiliki oleh raja Hariscandra tersebut. Indra "merangsang" Maharesi Wishwamitra untuk menguji kejujuran Maharaja Hariscandra. Atas permintaan Indra, maharesi Wishwamitra membuat Maharaja Hariscandra bermimpi. Didalam mimpinya tersebut, Maharaja Hariscandra menyumbangkan seluruh kerajaannya kepada Maharesi Wishwamitra.
Keesokan harinya, maharesi Wishwamitra datang mengunjungi maharaja Hariscandra di istana kerajaan dengan tujuan meminta kerajaan yang telah disumbangkan kepadanya oleh Raja Hariscandra di dalam mimpi tersebut.
Melihat maharesi Wishwamitra datang, raja Hariscandra segera turun dari Singasananya lalu bersujud. Raja Hariscandra menyambut maharesi dengan ramah dan sopan, serta memujanya sesuai tradisi turun temurun didalam menyambut orang suri. Tak terlukiskan rasa senang dan bahagia yang dirasakan oleh raja Hariscandra didatangi oleh orang suci seperti maharesi Wishwamitra. Bibirnya terasa kaku, badan bergetar dan airmatanya mengalir deras sambil melayani maharesi. Raja mendudukkan maharesi Wishwamitra di Singasana raja dan membasuh kaki maharesi Wishwamitra. Seorang raja suci seperti Hariscandra tidak dapat dibahagiakan oleh harta melimpah dan kemuliaan nama serta kedudukan. Kedatangan orang suci ke rumah seseorang bukanlah sesuatu hal yang biasa dan hal itu sangat membahagiakan hati raja Hariscandra. Begitu orang suci menginjakkan kakinya di rumah seorang grihastha (orang yang berumah tangga) dan grihastha itu sempat melakukan pelayanan kepada orang suci tersebut, dapat dimengerti bahwa ia adalah orang yang sangat berbahagia. Tanpa melakukan sembahyang atau yajna khusus, mereka memperoleh hasil dari pelaksanaan sembahyang atau yajna.
No comments:
Post a Comment