Mahabharata. Tanpa banyak membuang waktu lebih lama lagi, Devavrata segera mengajak Satyavati, calon ibu tirinya itu, untuk ikut dengannya ke Hastinapura. Devavrata mempersilahkan gadis itu, untuk segera naik ke atas keretanya, dan tidak berapa lama kemudian kereta tersebut dipacu dengan cepat menuju ke arah Hastinapura. Devavrata, ingin sekali mempertemukan calon ibu tirinya kepada ayahnya yang sangat dicintainya ini, sehingga tanpa terasa perjalanan yang sebenarnya cukup jauh ini, bisa ditempuhnya dalam waktu yang tidak seberapa lama.
Sesampainya di Hastinapura, Devavrata segera menemui ayahnya yang sedang termenung di dalam kamarnya. Devavrata berkata:
“Ayah.., kubawakan gadis ini untuk ayah. Ambillah dia dan segeralah akhiri kemurungan, kesedihan dan kekecewaan ayah ini. Berbahagialah, ayah”.
Santanu, sangat kaget ketika melihat Satyavati, gadis yang telah menawan hatinya itu berdiri dihadapannya dengan menundukkan wajahnya. Bagaimana mungkin gadis ini berada disini tanpa sesuatu yang telah dilakukan oleh anaknya.
“Anakku, apa yang telah kau lakukan sehingga gadis ini berada disini? Aku tidak percaya akan semuanya ini, ceritakanlah nak!
Devavrata segera menceritakan apa yang telah dialaminya dan juga mengenai sumpah membujang yang telah diucapkannya, demi memuaskan apa yang diinginkan oleh Dasaraja, ayah Satyavati.
“Tidaaaakkk.... kau tidak boleh bersumpah seperti itu, cabut kembali sumpahmu itu. Kau adalah ahli waris dari kerajaan ini dan kau sudah memperoleh didikan dari guru-guru yang tepat, kau adalah masa depan Hastinapura nak...cabutlah kembali sumpahmu itu anakku!!!
“Maafkan aku ayah, aku sebagai seorang kshatriya tidak akan pernah untuk menarik kembali ucapan, apalagi sumpah yang telah diucapkannya. Tapi percayalah... bahwa aku akan tetap menjaga Hastinapura sampai akhir hayatku. Maafkan aku.....”
Sementara itu, langit di atas sana masih saja mengumandangkan tangisannya: “Bheeshma!!! Bheeshma!!!”. Santanu telah memahami semua kejadian yang telah menimpa anaknya itu. Santanu merasa sangat terpukul hatinya dan berduka atas semua kejadian itu. Santanu sudah tidak tahan lagi memikirkan keadaan anaknya, yang begitu gagah, tampan bagaikan dewa, mengalami hidup membujang untuk selama-lamanya. Sementara itu, kini dirinya telah berbahagia bisa memperoleh keinginan hatinya, memperoleh seorang permaisuri yang cantik. Sebagai rasa bersyukur atas segala pemberian anaknya dan juga atas rasa cintanya kepada anaknya itu, Santanu kemudian memberikan sebuah pemberkatan khusus berupa doa yang sangat tulus kepada anaknya itu, yaitu: “Devavrata, engkau akan meninggal pada saat engkau menginginkannya dan hanya pada saat engkau menginginkannya”.
Dengan pemberian doa pemberkatan ini maka kematian Devavrata telah menunggu di dalam dirinya, kapan saja Devavrata menginginkan kematiannya maka pada saat itulah kematian akan menjemputnya. Dalam pemberkatan itu, seluruh Raja di negeri itu yang berada di bawah naungan Hastinapura diminta untuk ikut bermeditasi bersama yang diperuntukkan bagi pemberkatan itu. Dengan caranya sendiri, Santanu telah mencoba untuk memberikan kebahagiaan kepada anaknya itu, demi segala hal yang pernah dia impikan selama ini dalam hidupnya.
Sesampainya di Hastinapura, Devavrata segera menemui ayahnya yang sedang termenung di dalam kamarnya. Devavrata berkata:
“Ayah.., kubawakan gadis ini untuk ayah. Ambillah dia dan segeralah akhiri kemurungan, kesedihan dan kekecewaan ayah ini. Berbahagialah, ayah”.
Santanu, sangat kaget ketika melihat Satyavati, gadis yang telah menawan hatinya itu berdiri dihadapannya dengan menundukkan wajahnya. Bagaimana mungkin gadis ini berada disini tanpa sesuatu yang telah dilakukan oleh anaknya.
“Anakku, apa yang telah kau lakukan sehingga gadis ini berada disini? Aku tidak percaya akan semuanya ini, ceritakanlah nak!
Devavrata segera menceritakan apa yang telah dialaminya dan juga mengenai sumpah membujang yang telah diucapkannya, demi memuaskan apa yang diinginkan oleh Dasaraja, ayah Satyavati.
“Tidaaaakkk.... kau tidak boleh bersumpah seperti itu, cabut kembali sumpahmu itu. Kau adalah ahli waris dari kerajaan ini dan kau sudah memperoleh didikan dari guru-guru yang tepat, kau adalah masa depan Hastinapura nak...cabutlah kembali sumpahmu itu anakku!!!
“Maafkan aku ayah, aku sebagai seorang kshatriya tidak akan pernah untuk menarik kembali ucapan, apalagi sumpah yang telah diucapkannya. Tapi percayalah... bahwa aku akan tetap menjaga Hastinapura sampai akhir hayatku. Maafkan aku.....”
Sementara itu, langit di atas sana masih saja mengumandangkan tangisannya: “Bheeshma!!! Bheeshma!!!”. Santanu telah memahami semua kejadian yang telah menimpa anaknya itu. Santanu merasa sangat terpukul hatinya dan berduka atas semua kejadian itu. Santanu sudah tidak tahan lagi memikirkan keadaan anaknya, yang begitu gagah, tampan bagaikan dewa, mengalami hidup membujang untuk selama-lamanya. Sementara itu, kini dirinya telah berbahagia bisa memperoleh keinginan hatinya, memperoleh seorang permaisuri yang cantik. Sebagai rasa bersyukur atas segala pemberian anaknya dan juga atas rasa cintanya kepada anaknya itu, Santanu kemudian memberikan sebuah pemberkatan khusus berupa doa yang sangat tulus kepada anaknya itu, yaitu: “Devavrata, engkau akan meninggal pada saat engkau menginginkannya dan hanya pada saat engkau menginginkannya”.
Dengan pemberian doa pemberkatan ini maka kematian Devavrata telah menunggu di dalam dirinya, kapan saja Devavrata menginginkan kematiannya maka pada saat itulah kematian akan menjemputnya. Dalam pemberkatan itu, seluruh Raja di negeri itu yang berada di bawah naungan Hastinapura diminta untuk ikut bermeditasi bersama yang diperuntukkan bagi pemberkatan itu. Dengan caranya sendiri, Santanu telah mencoba untuk memberikan kebahagiaan kepada anaknya itu, demi segala hal yang pernah dia impikan selama ini dalam hidupnya.
No comments:
Post a Comment