Filsafat Mahabharata. Dalam Mahabharata Anussasana–Parva Bab XIX disebutkan bahwa Maharaja Yudhisthira mohon kepada kakeknya Bhisma agar menjelaskan tentang keagungan Dewa Siva. Kemudian Bhisma menjawab, Satu-satunya orang di seluruh alam semesta ini yang mengerti tentang siapa Dewa Siva adalah Krishna.
Seluruh tubuh dilumuri/dilumasi abu mayat yang berasal dari krematorium, badan berhiaskan tulang –tulang dan tengkorak manusia serta ular-ular berbisa, mengenakan jubah kulit binatang dengan dahi berhiaskan tilaka berupa tiga garis datar, adalah penampilan Dewa Siva yang sulit dimengerti. Apalagi kegiatan-kegiatannya memberikan berkah kepada para asura, minum lautan racun, mengajarkan pilsafat impersonal dalam wujud Sankaracarya dan membiarkan dirinya di puja oleh Sri Ramachandra (yang menjadi pujaannya)
Dari begitu banyak hal mengenai Dewa Siva, satu hal yang paling banyak mengagetkan banyak orang adalah pemujaan kepada kelaminnya yang disebut Siva Linga. Mengapa pustaka suci Veda mengajarkan pemujaan kepada kelamin lelaki? Bagaimana ceritra yang melatarbelakangi pemujaan ini? Dalam penjelasannya atas sloka Caitanya-Caritamrta Madhya-Lila 20.273, Srila Prabhupada memaparkan makna simbolik pemujaan Siva –Linga. Beliau menjelaskan sebagai berikut :
“Dewa Siva dianggap ayah alam semesta material dan alam material dianggap sebagai ibu. Sang ayah dan sang ibu ini dikenal sebagai Dewa Siva dan Durga dewi. Keduanya adalah merupakan kelamin Dewa Siva dan kelamin devi Durga dipuja sebagai Siva-Linga. Keduanya adalah asal mula seluruh ciptaan alam material ini. Dengan demikian, kedudukan Dewa Siva adalah beliau berada antara makhluk hidup dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain Dewa Siva bukanlah kepribadian Tuhan, dan bukan pula tergolong makhluk hidup biasa. Beliau adalah perwujudan kepribadian yang dipakai bekerja oleh Tuhan untuk melahirkan para makhluk hidup di dunia material”.
Dalam Padma Purana skanda I Bab XVI dan XVII, dijelaskan satu ceritra menarik yang melatar belakangi pemujaan kelamin Dewa Siva. Dikatakan bahwa dahulu kala kurban suci (yajna) besar dilaksanakan oleh Dewa Brahma di Puskara. Hadir dalam acara itu adalah; Sri Visnu, Siva, Indra dan para Dewa lainnya. Ketika waktu bertuah akan segera dimulai korban suci tersebut, Dewa Brahma menyuruh pembantunya untuk memanggil sang istri, Savitri Devi, sebab seseorang tidak bisa melaksanakan yajna tanpa kehadiran sang istri. Pembantu itu kemudian pergi dan mendatangi Savitri Devi dan berkata: “Oh Devi, cepatlah datang, api kurban suci telah dinyalakan dan waktu untuk memulai kurban suci telah dekat”.
Kemudian Savitri Devi menjawab; “saya belum menghias rumah dengan baik, belanga dan kendi belum dicuci. Lagi pula, devi Laksmi istri Narayana belum tiba. Begitu pula Svaha istri Dewa Agni, Dhumorna istri Dewa Yamaraja, Gauri istri Varuna, Ganga atau Sarasvati dan juga Arundhati istri Vasistha serta wanita terhormat lain belum datang. Tolong beritahu suamiku Dewa Brahma, agar menunggu sebentar dan saya akan segera datang begitu semua wanita terhormat itu tiba.”
Kemudian sang pembantu kembali ke tempat upacara kurban suci, dan memberitahukan kepada Dewa Brahma bahwa Savitri Devi sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan rumah-tangga dan tidak akan datang sebelum para sahabatnya itu tiba. Mendengar hal itu, Dewa Brahma jadi sedikit marah, dan menyuruh Dewa Indra segera pergi untuk mencarikan seorang wanita sebagai pengganti istrinya karena waktu bertuah untuk memulai kurban suci segera akan dilakukan.
Setelah mencari kesana kemari di Bumi, Dewa Indra melihat seorang wanita gembala sapi yang bernama Gayatri Devi. Mengetahui bahwa si wanita masih gadis, dan kecantikannya jauh melebihi kecantikan wanita-wanita diplanet Sorgawi, tanpa mohon ijin dari ayah si gadis, Dewa Indra langsung saja membawa Gayatri Devi menghadap Dewa Brahma. Begitu saling pandang Gayatri Devi dan Dewa Brahma, keduanya langsung saling jatuh cinta. Kemudian atas perintah Sri Visnu, keduanya segera dinikahkan dengan upacara perkawinan yang disebut Gandharva – Vivaha.
Selanjutnya Gayatri Devi diberikan tempat duduk kehormatan yang biasanya disediakan untuk istri Dewa Brahma yaitu Savitri Devi, dan acara korban suci pun dimulai. Yajna besar itu berlangsung selama lebih dari 100 tahun Dewa ketika akhirnya Savitri Devi, istri Dewa Brahma, tiba bersama Laksmi Devi, Gauri Devi dan istri para Dewa-Dewa lainnya. Melihat Savitri Devi tiba, Dewa Visnu, Siva, Brahma, Indra dan semua para Dewa lainnya jadi malu dan takut. Savitri Devi, kemudian melihat Gayatri Devi duduk ditempat duduk yang seharusnya disediakan untuknya disamping Dewa Brahma. Kedua mata Savitri Devi jadi marah dan dengan marah dia berkata kepada Dewa Brahma,”Kurban suci macam apa yang anda laksanakan dimana anda mencampakkan saya dan mengambil istri lain?”. Dewa Brahma berusaha menjelaskan kepada istrinya Savitri Devi, bahwa para pandita upacara memberitahu kepadanya bahwa waktu untuk memulai upacara kurban suci telah tiba, dan tanpa istri upacara ini tidak dapat dilaksanakan. Maka atas perintah Dewa Brahma, Dewa Indra disuruhnya mencarikan istri lain yang secara pribadi diberikan kepada Dewa Brahma oleh Sri Visnu. Walaupun Dewa Brahma minta maaf kepada istrinya, namun Savitri Devi bahkan menjadi semakin marah dan mengutuk para Dewa, dan semua kepribadian yang ada ditempat upacara tersebut. Kutukan kepada Dewa Siva adalah kelaminnya akan lepas dari dirinya. Kemudian Savitri Devi berlari keluar meninggalkan para hadirin yang dalam keadaan kebingungan.
Semua yang hadir menjadi diam, kemudian Gayatri Devi berdiri dan memberikan berkah untuk meniadakan akibat yang timbul dari kutukan Savitri Devi. Gayatri Devi juga memberkati Dewa Siva bahwa meskipun kelaminnya lepas dari dirinya, namun kelaminnya akan tetap suci dan akan dipuja oleh orang-orang di seluruh tiga dunia. Sejak saat itu, mereka yang ingin dapat anugrah dari Dewa Siva, memuja beliau dalam wujud LINGA-nya.
Sumber : Sri Krishna Kathamrta
No comments:
Post a Comment